Kamis, 20 Oktober 2011

Pemulung Dilarang Masuk !!!

Yoyakarta - Kalimat peringatan di atas kerap ditemui di berbagai sudut lorong di Yogyakarta baik di kota maupun di desa.

Larangan ini seolah ultimatum bagi para pemulung yang dalam banyak kasus disinyalir sebagai sebuah modus kejahatan yng mengakibatkan warga kehilangan barang- barang miliknya seperti pakaian yang dijemur, perabotan rumah tangga bahkan ada dugaan pemulung sebagai penjahat yang sedang menggambar situasi sebuah lingkungan yang akan dijadikan sasaran aksinya.

Maka tidak salah stigma negatif bagi para pemulung  sudah terlanjur  melekat dalam benak warga. Entah apa yang menjadi persoalan awalnya, pemulung yang menjadi penjahat atau penjahat yang menyamar jadi pemulung. Faktanya sebagaimana yang terjadi selama ini pemulung adalah kelompok profesi yang harus diwaspadai  sehingga dilarang masuk kampung-kampung.

Belakangan benak saya terusik untuk kembali mempertanyakan keabsahan stigma tadi. Apakah semua pemulung adalah penjahat?  Mungkin juga tidak demikian jika kita melihat perilaku salah seorang pemulung/gelandangan yang ada di negeri ‘tirai bambu’ nun jauh di sana.

Di dunia maya, saya melihat dalam tayangan ‘you tube’  ada sebuah kejadian yang tragis dan mengerikan di mana ada seorang bocah  ditabrak sebuah mobil kemudian tergilas oleh ban depan, sejurus kemudian mobil sejenak berhenti. Pengemudi bukan turun untuk menolong,  melainkan tancap gas yang berarti menggilas si bocah untuk kali kedua dengan ban belakang mobilnya. Di belakang mobil tadi melintas pejalan kaki yang hanya melirik korban lalu bergegas pergi.

Berikutnya sebuah truk melindas lagi si bocah dan berlalu begitu saja. Silih berganti ada orang lewat atau kendaraan yang lalu lalang, tapi tidak ada juga yang peduli, sehingga dalam rekaman CCTV pihak keamanan China terlihat orang ke-19 yang membawa karung goni yang kalau di Indonesia mungkin seorang pemulung atau gelandangan. Ironisnya, justru sang gelandangan itulah yang terlihat peduli dan menarik korban ke pinggir jalan kemudian  dia tampak berteriak-teriak meminta pertolongan sehingga ada seorang perempuan berlari menghampiri dan mengendong si anak malang. Belakangan diketahui perempuan tadi adalah ibunya korban.

Lalu apa bedanya pemulung di Indonesia dengan pemulung di China  yang ternyata lebih punya kepedulian sosial? Benarkah semua pemulung penjahat sehingga layak dilarang masuk kampung? Adakah pemulung di Indonesia juga punya hati nurani?

Apapun kondisinya, saya menilai pemulung yang dianggap penjahat  adalah manusia terhormat. Banyak orang salah kira. Pemulung dilarang masuk padahal belum tentu penjahat,  sementara penjahat yang sebenarnya mungkin saja datang mengenakan setelan jas dan berdasi. Pemulung yang jahat paling hanya mencuri pakaian yang dijemur atau ember plastik yang pecah, sedangkan penjahat berdasi, sekali sikat saja bermilyar-milyar uang rakyat yang dirampoknya.

Jadi, masihkah Pemulung Dilarang Masuk?

[ suarakomunitas.net ]