Senin, 27 Februari 2012

Putus Sekolah, Kakak-Beradik Jadi Pemulung

Ketapang - Sumber daya alam Ketapang Kalimantan Barat yang melimpah ternyata masih belum dirasakan secara merata. Masih ada saja penduduk yang tak bisa bersekolah lantaran tak punya biaya.

Mardiah, tujuh tahun, dan kakaknya Salwa, 10 tahun, warga Ketapang Kecil, kini tak lagi mengenyam pendidikan layaknya teman- teman sebayanya. Perekonomian keluarga yang pas-pasan membuat bocah-bocah ini harus memupus impian dan cita-citanya.

Ironisnya, Salwa dan Mardiah kini harus membantu perekonomian keluarganya. Keduanya terpaksa menjadi pemulung barang-barang bekas. Karung plastik besar kini menjadi temannya di siang hari. Tak ada waktu untuk bermain, apalagi belajar. Setiap hari Salwa dan Mardiah keliling kota mencari barang bekas untuk dijual.

“Kata Emak, ndak punya duit. Jadi kami tidak bisa sekolah,” ujar Salwa kepada Equator ditemui saat berteduh di teras kantor PMI Ketapang.

Dengan polosnya Salwa bercerita pada wartawan koran ini, ia mengaku memulung barang-barang bekas setiap hari di sekitar Kota Ketapang. Hasilnya pun tak seberapa, hanya Rp 1.000 dari hasil memulung barang bekas setiap harinya. Ia mulai turun dari rumah sekitar pukul 09.00 pagi hingga siang atau sore.

Uang itu mereka gunakan untuk jajan sehari-hari. Dengan memulung mereka tak lagi meminta uang jajan pada orang tua. “Bapak kerja tukang, ibu kerja masak saja di rumah (ibu rumah tangga, red). Kami 10 bersaudara, meninggal satu orang,” tuturnya polos.

Ketika memulung barang bekas, kedua kakak beradik itu tampak tak begitu memedulikan kesehatan. Mereka memungut barang bekas di mana pun mereka temui. Bahkan ketika ditemui Equator, keduanya tanpa mengenakan alas kaki. Kaki Mardiah, adik Salwa tampak dipenuhi dengan koreng. Bahkan ketika gerimis, mereka tetap saja memulung.

Mengetahui kondisi tersebut, anggota DPRD Ketapang dari Komisi II Junaidi mengaku akan melakukan pengecekan. Apakah bocah tersebut tak bisa bersekolah lantaran kemampuan orang tuanya yang tidak mampu atau memang orang tuanya yang tak menyekolahkan mereka.

“Kita akan cek dulu. Masalahnya kalau memang tidak mampu bisa digratiskan. Saya tidak mau komentar banyak dulu sebelum mengetahui lebih lanjut,” ujarnya, Minggu (26/02)

Namun ia menegaskan, apa pun alasannya tidak dibenarkan bocah sekecil itu bekerja. Apalagi sampai mengorbankan waktu belajar mereka. “Tidak boleh itu. Mereka masih kecil. Mereka harusnya sekolah,” tuturnya.

Sementara itu Sekretaris Dinas Ketapang Jahilin meminta agar hal tersebut dilaporkan ke pemda dan ditembuskan ke Kepala Dinas Pendidikan dan Kabag Sosial Setda Ketapang.

“Laporkan ke pemda tembusan ke Kadisdik, Kabang Sosial tentang hal tersebut,” tulis Jahilin via SMS. [ equator-news.com ]

Jumat, 24 Februari 2012

Acara Dzikir, Sampah Banyak, Pemulung Untung

Semarang - Acara "Dzikir dan Maulid Kyai Saleh Darat" yang digelar di Jalan Kakap Darat Tirto 209 Kamis (23/2) malam, membawa keuntungan bagi para pemulung karena banyak sampah yang berasal dari para jamaah yang datang. Sampahnya pun bermacam-macam, mulai dari plastik air mineral, kardus-kardus makanan dan yang lainnya.

Wahono (56), yang sudah menjadi pemulung sejak 11 tahun yang lalu. Menuturkan dengan adanya acara pengajian ini, dirinya mengaku lebih untung, karena banyak sampah yang ia dapatkan. "Yang pasti Besok (Jumat 24/2), pendapatan dari sampah-sampah ini jauh lebih besar dari biasanya" ujarnya.

Wahono yang kesehariannya mencari sampah disekitar kota lama ini merasa senang dengan acara Dzikir Mbah Saleh Ndarat. Selain mendapatkan siraman rohani dirinya juga bisa mendapatkan penghasilan lebih. [suaramerdeka.com ]

ATM Pemulung

San Diego - Anda sudah pasti tahu dgn ATM? Sebuah Mesin pintar untuk mengambil dan menyetor uang dari dan ke  Bank, dimana sebelumnya kita telah tercatat sebagai nasabah di Bank tersebut

Tetapi jika ada ATM yang dapat mengeluarkan uang untuk barang bekas yang kita masukan ke mesin itu, tentu suatu hal yang tidak biasa dan dapat menimbulkan rasa ingin tahu.

Baru-baru ini, di San Diego, California, telah diluncurkan sebuah mesin ATM yang diberi nama ecoATM, mesin ini telah memiliki serifikat ISO14001 dan Responsible Recycling (R2).

ecoATM adalah sebuah mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang dapat mengeluarkan uang berdasarkan nilai barang elektronik atau gadget bekas (sudah tidak terpakai atau rusak) yang kita masukan kedalam mesin tersebut.

Mesin akan mendeteksi bagian-bagian mana dari gadget tersebut yang masih berfungsi dan sudah rusak, kemudian ATM akan mengeluarkan sejumlah uang.

Tehnologi inovasi dan cerdas yang berbasis ramah lingkungan ini diharapkan dalam waktu dekat dapat diproduksi secara massal dan diijinkan beroperasi di Indonesia. [ mahakam24.com ]

Rabu, 22 Februari 2012

Pak Ulung. Sang Pemulung Pematangsiantar

Pematangsiantar - Seorang laki-laki tua tertatih menuntun sepeda usang. Di bagian belakang sepeda terikat sebuah kotak berisi bongkahan barang bekas. Wajahnya yang keriput tampak letih, ditambah postur tubuh kecil yang terlihat ringkih. tetap berjalan menuntun sepedanya.

Dia adalah Pak Ulung. tinggal di Jalan Bhinneka Gg. Bersama, Kel. Naga Pita, Kec. Siantar Martoba, Kota Pematangsiantar bersama istrinya, Sarifah. Pasangan tersebut masuk ke dalam kategori keluarga miskin yang hidupnya serba kekurangan dan sangat memprihatinkan.

Laki-laki kelahiran 31 Desember 1943 ini menyambung hidup dengan cara mengais (memulung) barang yang sudah dibuang orang. Rata-rata setiap hari, ia hanya mampu mendapat uang Rp10.000 dari hasil penjualan barang bekas yang diperolehnya. Kondisi fisik yang lemah dan tidak memiliki keahlian khusus merupakan alasan ia menjadi seorang  pemulung.

Pak Ulung juga merupakan tipe laki-laki yang sangat pendiam, tertutup dan kurang bersosialisasi di lingkungannya. Ia dan istrinya mempunyai empat orang anak, yang juga bernasib sama dengan orangtuanya, sehingga mereka tidak mampu membantu sang orangtua.

Bahkan, yang lebih menyedihkan, rumah yang selama ini menjadi satu-satunya tempat bernaung Pak Ulung dan istri tercinta, termasuk rumah yang sangat tidak layak huni dan tidak sehat. Diperparah dengan tiadanya sarana air bersih dan penerangan lampu, lengkaplah penderitaan hidup yang dialami beliau.

Sangat ironis rasanya melihat kehidupan beliau. Indonesia sudah merdeka selama 66 tahun, tetapi Pak Ulung tampaknya masih hidup di dalam sebuah negara miskin dan belum merdeka.

Dengan bahasa yang tidak lancar, ia pernah berkata kepada kami, “Mungkin ini sudah takdir aku untuk hidup seperti ini, sebagai pemulung. Bapakku juga yang salah, kenapa aku dulu dikasih nama ULUNG. Makanya sekarang aku jadi pemulung, Pak.”

Untunglah PNPM Mandiri Perkotaan hadir di Kota Pematangsiantar, sehingga keluarga Pak Ulung yang sebelumnya termarginalkan, kini sudah tersentuh.

Satu tahun yang lalu, tepatnya 5 Januari 2011, rumah Pak Ulung “dibedah” agar menjadi rumah yang layak huni dan sehat melalui program BKM Naga Bonar, yang diberi nama bantuan ALADIN—artinya Atap, Lantai, Dinding. Sebuah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), yang bernama KSM Bersama, mengusulkan agar Pak Ulung menjadi salah satu penerima manfaat.

Singkat cerita UPS dan BKM menyetujui usulan proposal KSM Bersama dengan jumlah dana  swadaya masyarakat sebesar Rp17.870.000, ditambah bantuan dari BLM APBD sebesar Rp13,5 juta. PNPM Mandiri Perkotaan melalui BKM Naga Bonar, hanya merealisasikan bahan bangunan rumah saja, sedangkan pengerjaannya dilakukan secara swadaya oleh masyarakat setempat, yang dikoordinir oleh KSM bersangkutan.

Sedangkan mengenai sarana air bersih ditanggulangi oleh PDAM Tirtauli, Kota Pematangsiantar, secara gratis. Hal tersebut merupakan hasil lobi BKM Naga Bonar melalui koordinatornya Rajak, dengan Dirut PDAM Tirtauli Badri Kalimantan,SE.

Setelah persiapan matang, masyarakat  sekitar yang dimotori oleh KSM Bersama ingin membongkar rumah Pak Ulung sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan.

Saat itu juga Pak Ulung menangis sambil terbata-bata memohon, “Tolong, Pak, jangan dibangun dulu rumahku. Kasih waktu aku seminggu dulu, Pak..”

Tentu saja hal ini membuat warga dan KSM bingung, sebab beliau tidak mau memberikan alasan mengapa rumahnya tidak mau dibangun, padahal sejak awal Pak Ulung sudah setuju bahwa rumahnya menjadi salah satu rumah yang mendapat bantuan ALADIN. Setelah melakukan rembug, akhirnya warga sepakat menunda pembongkaran, tanpa memaksa Pak Ulung menjelaskan mengapa beliau begitu ketakutan kalau rumahnya akan dibangun.

Selanjutnya, ditunjuklah beberapa orang untuk datang ke rumah Pak Ulung guna meminta penjelasan mengapa beliau tampak ketakutan kalau rumahnya akan dibangun. Malam pun tiba, dan sekitar empat orang warga, ditambah beberapa anggota BKM dan UPS tiba di rumah Pak Ulung.

Setelah melalui perbincangan dan pendekatan, akhirnya Pak Ulung menceritakan alasannya takut kalau rumahnya akan dibangun. “Begini, Pak PNPM, aku punya utang awalnya Rp500.000, tetapi sudah lima bulan tidak kubayar. Kemarin aku sudah ditagih lagi, katanya utangku sudah jadi Rp2 juta, ikut bunganya. Makanya aku bingung dan juga malu sama bapak-bapak. Kalau seandainya dia tahu aku bangun rumah tapi hutangku tidak kubayar, bisa gawat aku, Pak,” ungkapnya sambil meneteskan air mata.

Setelah mendengar apa yang dikatakan Pak Ulung dan mengetahui kepada siapa Pak Ulung meminjam uang, spontan Pak Naseb, salah satu perwakilan BKM yang ikut hadir berkata, “Udah, Pak, Bapak jangan pikirkan utang itu lagi. Besok kami yang bayar utang Bapak. Tapi Bapak janji, jangan lagi ngutang sama rentenir. Kalau perlu apa-apa, Bapak bilang sama aku aja, ya Pak?”

“Iya, Pak. ‘Ma kasih, Pak,” sambut Pak Ulung dan istrinya seraya memeluk Pak Naseb sambil meneteskan air mata. Suasana malam yang hanya diterangi sebuah lampu teplok itu begitu mengharukan, sehingga yang lain tidak dapat membendung air matanya.

Selanjutnya diambil kesepakatan agar besok dikerahkan warga untuk membongkar dan membangun rumah Pak Ulung secara gotong royong. Sedangkan Pak Naseb, malam itu juga bergegas membereskan utang Pak Ulung. Akhirnya, hanya dalam waktu empat hari, sebuah rumah yang layak huni dan sehat milik Pak Ulung, sudah berdiri.

Sejak awal, Pemerintah Kota Pematangsiantar sudah menyambut positif Program PNPM Mandiri Perkotaan ini. Tepat pada 10 Januari 2011, Wakil Walikota (Wawako) Drs. Koni Ismail Siregar memberikan kunci rumah secara simbolis kepada Pak Ulung, beserta tiga orang penerima manfaat lainnya dalam satu rangkaian acara “Penyerahan Simbolis Program ALADIN BKM Naga Bonar Kelurahan Naga Pita”

Dalam acara tersebut hadir pula lurah, camat , SKPD, Dirut PDAM Tirtauli, Anggota DPRD,  Korkot VI, TA Monev OC 1 Sumatera Utara, tokoh masyarakat serta seluruh masyarakat Kelurahan Naga Pita.

Usai menyerahkan kunci, Wawako menghibur empat KK warga penerima Bantuan ALADIN dengan menyumbangkan suara emasnya lewat sebuah lagu yang berjudul “Bulan Sabit“, ciptaam Broery Pesolima (alm).

Kini Pak Ulung dapat tidur nyenyak. Ia tidak lagi sibuk mencari ember untuk menampung tetesan dari atap yang bocor saat hujan tiba, dan tidak lagi kedinginan saat angin malam berhembus menerpa lubang dinding gedek yang sudah banyak menganga.

Jika sebelumnya mandi saja tak tentu kapan, kini Pak Ulung bersama istrinya juga sudah dapat menikmati air bersih di rumahnya sendiri dan sudah bisa mandi teratur.

Perubahan sangat drastis juga terjadi pada sikap, perilaku dan keimanan beliau. Yang selama ini tertutup dan tidak bersosialisasi, kini sudah terbuka dan bisa berbaur dengan masyarakat sekelilingnya. Bahkan, yang awalnya ia jarang menjalankan shalat lima waktu, kini sudah melaksanakan shalat. Kendati Pak Ulung masih tetap sebagai pemulung, beliau sudah menjadi pemulung yang bersih, ramah, rendah hati dan taat beribadah.

Kisah Pak Ulung dapat dijadikan cambuk bagi kita semua, sebab beliau tidak lupa akan nikmat yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Di kehidupan yang serba modern ini, banyak dari kita  yang telah diberikan nikmat lebih, tetapi kita lupa untuk bersyukur. Malah sibuk mengejar harta dan jabatan, lebih mementingkan diri sendiri tanpa peduli terhadap sesama yang serba kekurangan. Padahal masih banyak Pak Ulung-Pak Ulung lain yang membutuhkan uluran tangan kita.

Sedikit menurut kita, tapi banyak menurut mereka. Tidak bermanfaat menurut kita, tapi sangat bermanfaat menurut mereka. Hidup ini hanya sementara. Hidup yang kekal adalah setelah kita tiada. Tak ada guna menumpuk harta benda jika lupa dengan sesama dan Yang Maha Kuasa, niscaya semua akan berakhir dengan malapetaka.

Banyak pelajaran berharga yang dapat diambil dari cerita di atas. Walau tampak sederhana, jika dicermati lebih dalam akan sangat luar biasa.

Bagi penulis sendiri, ada dua hal yang dapat ditangkap: pertama, jangan tangkap apa yang mereka lakukan, tapi tangkaplah apa yang mereka rasakan; kedua, orang kaya bisa taat beribadah itu biasa, tapi orang miskin bisa taat beribadah itu luar biasa.

Demikianlah cerita kisah singkat tentang perubahan sikap dan perilaku sosok Pak Ulung, keluarga miskin yang bekerja sebagai pemulung, berkat PNPM Mandiri Perkotaan. Mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan ini silakan hubungi:

Contact Person :
Richi Arisham (Ketua KSM Bersama), HP. 081362405507
Rajak, SH (Koordinator BKM Naga Bonar), HP. 085261659039

Atau

Korkot VI Pematangsiantar
Jl. Tangki Atas Kelurahan Naga Pita, Kec. Siantar Martoba
Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara

www,p2kp.org

Uni Eropa Bantu Pemulung Kota Ambon

Ambon - Uni Eropa  (UE) melalui pelaksana program Mercy Corps dan Hivos membantu bekas pengungsi dan para pemulung di Kota Ambon, untuk menaikkan taraf hidupnya. 

Menurut Program Officer Uni Eropa, Vebry Muammar,  program yang dilaksanakan Uni Eropa sudah dimulai sejak 2006, dan mencakup daerah-daerah lain yang terkena dampak konflik. 

Jumlah dana yang diberikan oleh Uni-Eropa sekitar 1,6 juta euro. “Target programnya sangat sederhana. Kita ingin membantu mantan pengungsi,” kata Vebry di kantor Balai Kota Ambon, Selasa (21/2). 

Dalam melaksanakan program ini, pihaknya  bekerja sama dengan Kementerian Daerah Tertinggal. Program ini dilaksanakan oleh Mercy Corps dengan dana  1 juta euro dan Hivos dengan dana 600 euro. Program ini ditargetkan berjalan hingga 2013. 

Sementara itu, Deputi Program Manajer  Mercy Corps Maluku, Eldo Soplantila menyatakan, Uni Eropa akan menggelar workshop melibatkan seluruh stakeholder yang ada di Kota Ambon. 

Program yang didanai Uni Eropa, kata dia, selain Mercy Corps terdapat juga Hivos, yang akan membawahi LSM lokal Baileo.  “Workshop akan digelar dengan tema Program Pembangunan Berkelanjutan di daerah Pasca Konflik. Kegiatan yang sama telah dilaksanakan terakhir di Kupang NTT. Ini juga kesempatan baik bagi Kota Ambon,” ujarnya. 

Sementara itu, Uni Eropa bersama Mercy Corps meninjau langsung program-program yang telah dilaksanakan Mercy Corps, antara lain ke daerah Pohon Mangga Kelurahan Nusaniwe, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon. 

Mereka meninjau langsung kelompok ibu-ibu yang sementara mempraktikkan cara pembuatan kue donat. Selain kawasan Pohon Mangga, mereka juga berkesempatan meninjau kelompok ibu-ibu di Dusun  Amaori, Desa Passo, Kecamatan Baguala, yang adalah warga pengungsi yang kini bermukim di atas Batu Gong.  

Mereka meninjau para pemulung di Dusun Amaori, yang berjumlah sekitar 200 orang. Para pemulung itu dibantu oleh Mercy Corps yang didanai oleh Uni Eropa. [ suarapembaruan.con ]

Senin, 20 Februari 2012

Sosialisasi Gelandangan, Pengemis dan Pemulung

Makassar - Dalam rangka meningkat- kan kesejahteraan gelandangan, pengemis dan pemulung, Direktorat Rehabilitasi Sosial telah menyeleng- garakan Kegiatan Sosialisasi Pengembangan Model Penanganan Gelandangan, Pengemis dan Pemu- lung Melalui Usaha Kemandirian di Provinsi Sulawesi Selatan.

Kegiatan Sosialisasi Pengembangan Model Penanganan Gelandangan, Pengemis dan Pemulung dihadiri oleh 40 orang peserta dan dibuka secara resmi oleh Bapak Drs. A. M. Asnandar, M.Si selaku Direktur Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial. Dalam Kegiatan Sosialisasi hadir Kepala Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan dan beberapa Narasumber dari berbagai Instansi dan Praktisi yang mendukung acara ini.

Dengan dilaksanakannya Kegiatan Sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan peran masyarakat dan LKS dalam menanggulangi Gelandangan, Pengemis dan Pemulung yang ada di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.

Kegiatan ini sangat berarti bagi Peserta Sosialisasi, khususnya Subdit Gelandangan, Pengemis dan Pemulung yang mendapatkan ide-ide baru dari Narasumber dan Peserta. Adapun ide tersebut diantaranya: menciptakan lapangan kerja melalui usaha kemandirian bagi para Gelandangan, Pengemis dan Pemulung, memberikan pengetahuan bagi LKS yang ber Akreditasi.

Hasil Sosialisasi Pengembangan Model Penanganan Gelandangan, Pengemis dan Pemulung Melalui Usaha Kemandirian Di Provinsi Sulawesi Selatan memberikan pengetahuan untuk menangani Gelandangan, Pengemis dan Pemulung dalam mencapai kehidupan yang layak.

[ rehsos.depsos.go.id ]

Kamis, 16 Februari 2012

Demi Sesuap Nasi, Pemulung Demo PT Semen Gresik

Tuban - Sejumlah 160 para pemulung dari Desa Karanglo Kecamatan Kerek, berunjuk rasa di depan mesin penggiling batu (Kruser) operasi Tuban 1 PT. Semen Gresik sekitar jam 08.15 tadi pagi sampai jam 15.30 wib.

Tuntutan mereka adalah agar dapat kembali mengambil sampah-sampah dari pabrik, untuk kemudian diambil dan dijual, “tuntutan kita cuma satu, kembalikan pembuangan limbah ke tempat awal saja, tidak lebih”, teriak Samari salah satu pemulung.

Aksi berjalan tegang, ketika para pemulung ini tidak mau ditemui perwakilan oleh PT. Semen Gresik yang tidak bisa mengambil keputusan, bisa dan tidaknya untuk mengembalikan pembuangan kembali di TPA yang lama yang tak jauh dari operasi peledakan PT.Semen Gresik, “pokoknya yang ke sini harus bisa mengambil keputusan sekarang juga, kalau masih akan di rapatkan silahkan kembali, kami akan tetap di sini”, lantang samari dengan sorakan pemulung lainya.

Aksi yang dilakukan para pemulung dengan cara memblokir operasi penggilingan batu PT. Semen Gresik, dimaksudkan agar tuntutan mereka bisa terpenuhi, namun sampai siang hari tak satupun yang tampak dari perwakilan PT. Semen Gresik yang muncul dipermukaan pendemo para pemulung ini. Baru kemudian sekitar jam 14.00 dari pihak Bina Lingkungan PT.Semen Gresik yang diwakili Wahyu Darmawan menemui mereka, itupun masih belum ada hasil kesepakatan antara keduanya. Sedangkan dari para pemulung tetap menginginkan harus ada kesepakatan hari ini juga. Sementar wahyu usai menemui para pendemo juga langsung kembali dengan alasan mau merapatkan tuntutan mereka di kantor.

Meskipun belum ada hasil, Aksi bertambah seru, ketika pihak PT. UTSG saat meledakan batuan kapur yang berada di dekat 1 kilo dari pendemo, sorak bercampur emosi mewarnai hati mereka, ketika debu hasil peledakan bertebaran “Itu lo mas, lihat toh debu, dari sini saja, getaranya banyak dirasakan, apalagi dekat dengan rumah kami, hanya berjarak 300 meter dari lokasi peledakan, ben dino aku ngrungokno”, teriak warga lainya.

Para pemulung mulai dari anak-anak sampai bapak-bapak, bahkan nenek tua renta berumur 74 tahun juga nimbrung ikut aksi, demi memperjuangkan nasib mereka yang sengaja diabaikan oleh PT. SG. Pasalnya sampah yang semula dibuang di tempat yang dijadikan obyek pekerjaan bagi daerah Ring 1, ternyata sudah hampir dua bulan sampah dialihkan pembuangan oleh PT.Semen Gresik, “Paling gih angsal 2 kg toh nak”, ujar Sawini Nenek yang berumur 74 tahun tersebut.

Para pemulung belum mengetahui secara pasti penyebab dialihkannya pembuangan sampah, hingga memaksa rakyat jelata yakni tukang pemulung sampai melakukan demo. Demi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, “Lah iki wes kadung utang akeh, rong ulan gak mek sampah, terus piye nek mangan, persil yo dikeduki pabrik, terus piye ngeneki mas nasibku???”, teriak perempuan lainya sebelum mereka membubarkan diri karena jarum jam sudah jam 15.30.

sosialnews.com

Sulis : Aku Dekat dengan Komunitas Pemulung

Jakarta - Penyanyi religi Sulis mengaku dekat dengan komunitas pemulung di Jakarta. Ada apa? Ternyata Sulis yang kini disibukkan dengan skripsi akhirnya sedang mengambil tema tentang kehidupan pemulung di Jakarta.

"Aku angkat tema tentang pengaruh bersyukur dan kebahagiaan pemulung. Aku dekat dengan komuni- tas pemulung di Jakarta," ujarnya saat ditemui di jumpa pers 'Konser Shalawat untuk Negeri' di Kartika Chandra, Jakarta Selatan, Kamis (16/2/2012).

"Aku tertarik untuk tahu banyak mengenai kehidupan perang dengan kekurangan tapi selalu bahagia," tuturnya melanjutkan.

Sulis yang tercatat sebahai mahasiswi Universitas Paramadhina itu juga memiliki sebuah yayasan. Tak heran jika dirinya terkadang juga mengajak anak-anak kurang mampu tersebut untuk belajar di yayasan miliknya.

"Anak-anak pemulung aku suka ngajar juga. Jadi ada beberapa komunitas," tuturnya lagi.

Bagi Sulis, pendidikan merupakan hal terpenting untuknya. Sulis sadar dunia hiburan tak akan selalu bisa diandalkan. [ hot.detik.com ]

Selasa, 07 Februari 2012

Cerita Sedih Warga Kampung Pemulung

Jakarta -Sendok demi sendok bubur yang disuapi ibunya, ditelan dengan manis oleh Kiki Pujiono (6 bulan), putra bungsu Tuti (34) dan Parno (61), warga "Kampung Pemulung" di Fly Over Jalan Ahmad Yani, Jakarta Timur.

Keluaga itu melewati hari-hari di kolong fly over Jalan Pemuda seperti ratusan warga "Kampung Pemulung" lainnya. Sejak rumah mereka dibongkar Satuan Polisi Pamong Praja Jakarta Timur Senin (06/02), mereka belum mendapatkan tempat tinggal lagi.

Parno mengaku kesulitan mendapatkan kontrakan karena biaya sewa yang tak pas dengan kantongnya. Rata-rata biaya sewa kontrakan per bulan Rp 300 sampai Rp 400 ribu. Sedangkan Parno, hanya sanggup sekitar Rp 200 ribu atau lebih setiap bulannya. "Nggak perlu bagus, yang penting bisa neduhin keluarga saya,"ujar perantau dari Madiun itu.

Selain Kiki, Parno memiliki 5 orang putri lagi yang harus dibiayainya, yaitu Eka Anggaraini (11) kelas 5 SD, Deni Apriyani (9) kelas 2 SD, Desi Lestari (7) yang akan masuk SD, Bunga Pujiani (4)TK dan Nataliani (2).

Banyaknya mulut yang harus diberinya makan, membuatnya harus pintar-pintar memanfaatkan uang. Apalagi sehari ia hanya bisa mendapatkan Rp 25 ribu sampai 30 ribu. "Mau nggak mau harus dicukup-cukupin,"sambungnya sambil menghibur Kiki.

Keinginan untuk pulang balik ke kampung sempat terlintas di benak pria yang sudah sejak tahun 1990 menjadi pemulung itu. Memang, pembongkaran kemarin, membuat sejumlah warga "Kampung Pemulung" ada yang pulang ke kampung halamannya.

Tapi, keinginan Parno itu harus dikubur dulu karena terbentur ongkos pulang yang tidak sedikit. Pun, bukan perkara gampang juga untuk mencoba lagi dari nol peruntungan di kampung. Alhasil, ia terpaksa bertahan dulu di bawah kolong fly over Jalan Pemuda. Setidaknya sampai tiga hari nanti ia masih tinggal disitu."Nggak mungkin lama-lama di sini,"tuturnya.

Di bawah fly over Pemuda Warga Kampung Pemulung beraktifitas seperti biasanya. Ada yang tengah mencuci pakaian, tidur-tiduran, memasak dan mengurus bayi, seperti yang dilakukan Sri Rahayu (30). Putra bungsu Sri, Muhammad Nurul Anam baru berusia 23 hari dan terlihat banyak bintik merah bekas gigitan nyamuk di wajahnya.

Sri mengaku masih mencari-cari kontrakan untuk tempat tinggal yang layak. "Masih nyari.Belum ada yang cocok. Maunya yang murah yang Rp 220 ribu aja,"kata istri Ali Mustofa (45) ini.

Wati (28), warga lainnya sedikit beruntung dari Parno dan Sri. Sore ini ia akan pindah ke kontrakan barunya yang berada tak jauh dari lokasinya sekarang.Biaya sewa per bulan kata dia Rp 225 ribu. " Nanti sore mau pindah ke belakang pom bensin,"ujarnya sambil mencuci pakaian.

Untuk kebutuhan air bersih, istri Zaini (35) itu membeli air dari penjual air gerobak. Dua ember air dibelinya seharga Rp 3000. Sementara, pembongkaran kemarin diakui ibu tiga anak itu memang menyulitkan mereka. Kakak Wati terpaksa pindah ke kampung halaman mereka di Indramayu. [ jurnas.com ]

Sabtu, 04 Februari 2012

Koruptor Dimanja, Pemulung Dicuekin

Jakarta - Imam Syafei seorang tukang sampah yang melejit namanya setelah video "Toughest Place to be a Bin Man" garapan stasiun tv bbc London yang membandingkan tukang sampah di London dan Jakarta berharap pemerintah lebih memperhatikan nasib rekan-rekannya. Hal itu Ia sampaikan di rumah gubuknya yang berukuran 3x3 m, Jumat (03/02).

"Saya berharap semua tukang sampah tolong diperhatikan juga, jangan hanya saya doang,"ujar Lelaki beranak satu itu. Dia juga berharap agar pihak terkait seperti pemerintah maupun orang-orang bermodal untuk meperhatikan mereka secara layak, sebab bila tak ada pemungut sampah maka siapa lagi yang akan membersihkan lingkungan tersebut.

"Keinginan saya supaya orang-orang atas jangan hanya ngurusin korupsi aja, tapi ngurusin juga orang-orang kecil seperti pemungut sampah. Tanpa ada tukang sampah kan gak mungkin sampah-sampah orang kaya jadi bersih, iya kan," imbuhnya. Imam meras koruptor dimanja tapi nasib pemulung diceukin.

"Akhirnya gaji-gajinya pada naik, terus dari warga-warga uda pada tahu semunya, oh ternyata kehidupan pemulung seperti ini. Jadi tahu lah tentang semua-semuanya oh tukang sampah kerjaannya begini-begini."

Dengan adanya laporan dari BBC itu, setidaknya memberikan sedikit kebahagian baginya, Imam pun mendapatkan kenaikan gaji senilai Rp100.000 menjadi Rp800.000 walaupun sebenarnya tak layak untuk menghidupi keluarganya.

Namun Ia juga berharap rekan-rekannya sesama pemungut sampah di Jl Kawi Buntu, Guntur, Jakarta bisa merasakan hal serupa bila pemerintah mau memperhatikan nasib mereka. 

[ PedomanNEWS.com ]

Kamis, 02 Februari 2012

Pemulung Paling Kaya di Dunia Asal Swedia

Skelleftea - Profesi boleh saja pemulung, tapi Curt Degerman pintar dalam bisnis investasi saham. Pekerjaannya sehari-hari sebagai pengumpul sampah ternyata telah berhasil meninggalkan harta warisan setara dengan 13,8 Milyar Rupiah !!!

Di kota pesisir Swedia Utara itu, dengan kebersahajaannya, ia kerap dijumpai di perpustakaan kota, tengah asyik mempelajari pasar saham di koran ekonomi. Dan dari sanalah dia membeli saham lalu dikumpulkannya hingga mencapai 700.000 pounsterling.

Tahun 2008. di usia 60 tahun, Curt meninggal terkena serangan jantung. Saat itulah kerabat mengetahui bahwa dia memiliki portofolio saham dan saham senilai lebih dari 700.000 poundsterling. Selain itu, diapun memiliki 124 batang emas senilai 250.000 poundsterling.

Curt Degerman juga memiliki rumah sendiri dan memiliki lebih dari 4.000 poundsterling di rekening bank. Selain itu, ditemukan lebih dari 270 poundsterling uang receh di dalam rumahnya. [ unikaja.com ]