Selasa, 09 Oktober 2012

KPK Terima Dukungan Pemulung Jakarta

Jakarta - Dukungan terhadap KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) terus berdatangan, kali ini datang dari para pemulung Jakarta.

Beberapa orang dari pemulung nampak masih membawa karung berisi kardus bekas.

Aksi para pemulung yang telah berada di depan pintu pagar KPK sejak pagi, melakukan orasi, "Mari teman-teman, kita dukung KPK! Koruptor adalah kejahatan luar biasa!" Seru sang orator.

"Ini adalah panggilan hati nurani dari seluruh kawan-kawan yang hadir di sini, kami akan terus mendukung KPK dengan Jiwa dan raga kami. Ini belum seberapa, kami bisa mendatangkan lebih banyak lagi kawan-kawan sesama pemulung.

Tidak ada yang ingin dilahirkan jadi pemulung, namun keadaanlah yang turut membuat kami menjadi seperti ini," kata Dadang Suherman yang menggantikan kawannya berorasi, Senin (08/10).

Pukul 09:30 Para pemulung Jakarta ini diterima oleh KPK, yang menarik adalah walau hingga telah masuk di dalam ruangan, para pemulung tersebut dengan semangat tetap meneriakkan dukungan terhadap KPK.

Seusai diterima KPK, para pemulung masih melakukan orasi dukungan di tangga masuk gedung KPK dengan didampingi Penasihat KPK Abdullah Hehamahua. Sebelum membubarkan diri para pemulung, menyerahkan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam kotak peduli KPK, "Ini uang halal dari jerih payah kami memulung, nilai tidak seberapa, dan kami akan terus mendukung KPK!" Ungkap Dadang Suherman. 

beritahukum.com

Rabu, 19 September 2012

Pukul Pemulung, Ketua Fraksi PDIP DPRD Surabaya Diadukan ke Lembaganya

Surabaya - Akibat sikapnya yang arogan, Ketua Fraksi PDIP DPRD Surabaya Syaifudin Zuhri, Selasa (18/9) diadukan ke lembaganya oleh 13 dari banyak pemulung di Lahan Pembuangan Akhir (LPA) Benowo.

Syaifudin dituding mengerahkan orang untuk menghalang dan menghalau pemulung yang berunjuk rasa.

Selain itu, Syaifudin yang anggota Komisi C ini juga disebut-sebut memukul pemulung. Pengaduan tindakan main hakim sendiri oleh wakil rakyat ini kemarin disampaikan Ashari, koordinator pemulung. Dia bersama 11 orang pemulung lainnya mendatangi Komisi D DPRD Surabaya.

Kedatangan mereka sebagai kelanjutan unjukrasa yang sebelumnya digelar di areal LPA. Ketika kami demo, banyak orang-orang tak dikenal langsung memukul mundur kami. Di antara orang-orang itu juga ada anggota dewan,” kata Asrofi.

Setelah didesak Ketua Komisi D Baktiono dan seorang anggotanya, Sudarwati Rorong, akhirnya Asrofi mau blak-blakan. “Anggota dewan dari sini (DPRD Surabaya), Pak Syaifudin. Bahkan Pak Syaifudin ikut mukul saya,” sambung Asrofi.

Menurutnya, unjukrasa dipicu larangan mengais sampah yang bisa didaur ulang. Larangan diberlakukan pasca kebakaran beberapa waktu lalu. Yang diherankan sebagian pemulung, larangan tidak berlaku buat semua. Masih ada banyak pemulung yang bekerja.

“Setelah kebakaran, sampah tidak boleh diambil. Padahal dalam LPA ada barang yang sudah dikumpulkan pemulung dan belum diambil. Bagaimana nanti kalau hilang,” tukas Asrofi bernada khawatir.

Barang yang belum diambil adalah hasil kerja para pemulung selama 2-4 minggu. Karena gagal mengambil barang membuat di antara pemulung kesulitan makan dan kesulitan bayar kos. Mereka berharap bisa secepatnya mengambil barang bekas yang sebelumnya terkumpul untuk disetor ke pengepul.

“Barang itu kami kumpulkan setelah lebaran. Itu rencananya buat makan,” aku Lia, pemulung asal Desa/Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan.

Penuturan senada disampaikan Mukayati, pemulung asal Desa Banjar, Blora, Jawa Tengah. “Saya tidak maling kok dilarang kerja,” keluhnya.

Ashari, pemulung yang asli Benowo minta dewan menjembatani masalah ini. “Kami ingin keadilan. Ketika ada pemulung lain boleh bekerja masuk LPA, kami juga harus diizinkan kerja,” desaknya.

Menyikapi masalah ini, Ketua Komisi D Baktiono sempat menelpon pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) sebagai penanggungjawab LPA. “Saya sudah telepon DKP. Sabtu besok anda semua sudah bisa bekerja. Larangan masuk LPA karena masih ada percikan-percikan api sisa kebakaran,” jelas Baktiono.

Baktiono menjelaskan masalah ini akan ditindaklanjuti dewan melalui Komisi B. Komisi B sudah ditugasi pimpinan dewan menjadi mediator sebagaimana surat yang ditandatangani Wakil Ketua DPRD Whisnu Sakti Buana.

“Kamis (besok) Komisi B akan mengundang pihak pemulung, DKP dan lainnya,” janji Baktiono.

Sementara itu, informasi lain yang didapat menyebut jika larangan masuk bagi sejumlah pemulung dipicu bisnis jual-beli barang bekas. “Ada pengepul besar yang merupakan orangnya Pak Syaifudin menghendaki harga pembelian barang bekas turun. Pemulung tidak mau karena harga di pengepul lain masih tinggi,” kata sumber yang enggan disebut namanya.

Terpisah, Syaifudin Zuhri mengaku tak memukul pemulung. “Saya justru bermaksud melerai,” jawabnya saat dihubungi. Syaifudin merupakan anggota dewan yang diusung PDIP dari dapil Surabaya V (Kecamatan Tandes, Benowo, Pakal, Asemrowo, dan Lakarsantri).

Ketua Fraksi PDIP ini menyebut warga sekitar LPA sudah rela wilayahnya menjadi tempat pembuangan sampah. Karena itu, sudah menjadi keharusan jika warga setempat diutamakan menjadi pemulung. 

 “Dalam paguyuban pemulung ada 550 orang. Yang demo itu bukan warga sini. Mereka yang tidak nurut. Sementara ada larangan masuk karena ada kebakaran. Sabtu baru bisa masuk. Jadi tidak benar semua yang dituduhkan itu,” jawab Syaifudin. 

KBRN Surabaya

Senin, 13 Agustus 2012

Pemulung Cantik Di China

China - Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, maka persaingan untuk mendapatkan tenaga kerja di sana amat sangat keras dan sulit. Rupa yang cantik dan menawan belum tentu menjamin seseorang mendapat pekerjaan yang layak di China. Di sana sangat mengutamakan keahlian dalam bidang tertentu.

Seperti yang terjadi pada gadis cantik yang tidak mau disebutkan namanya saat ditemui oleh seorang kawan di Nanjing. Dia terpaksa menjadi pemulung karena tidak mendapatkan pekerjaan walaupun dia lulusan sekolah menengah atas.

http://anehdidunia.blogspot.com

Selasa, 07 Agustus 2012

Siaga Sehat Di Pemukiman Pemulung

Samarinda - Rumah Zakat cabang Samarinda bersama mahasiswa FKIP Universitas Mulawarman menggelar aksi Siaga Sehat di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Sei Kunjang Samarinda, Minggu (5/8).

“Aksi kali ini berupa edukasi personal hygiene tentang menyikat gigi memakai odol. Selain itu kami berikan juga pengajaran mencuci tangan yang baik dan benar dengan sabun, serta melalui air mengalir. Sebanyak 95 anak  penerima manfaat yang sebagian besar anak pemulung mengikuti aksi ini,” tutur pemateri Rabiatul Adawiyah.

Rangkaian kegiatan ini juga  diselingi dengan lomba gambar, adzan, praktek wudhu, praktek shalat yang benar, tausyiah dan ditutup dengan buka puasa dan shalat maghrib berjamaah.

www.rumahzakat.org

Jumat, 03 Agustus 2012

Mahasiswa IPB Bina Anak Pemulung

Bogor - Sebanyak 26 mahasiswa tingkat persiapan bersama (TPB) IPB membina anak-anak pemulung di Desa Cibanteng, Kabupaten Bogor.

"Anak-anak itu dibina melalui kegiatan Sanggar Didik Impian (SDI) yang terpusat di Majelis Talim Al Hidayah Kebon Kopi RT01/RW02 Desa Cibanteng, Kecamatan Dramaga," kata Luqman Setiadi, pengajar SDI di Bogor.

Lukman bersama pengajar di SDI berharap dengan didirikannya sanggar itu akan dapat meningkatkan kepedulian mahasiswa pada kondisi sosial di sekelilingnya.

"Siswa dan masyarakat perlu didorong akan pentingnya pendidikan pada masa depan, selain mengajarkan mereka untuk mencintai ilmu pengetahuan," katanya.

Menurut Lukman, ada pengalaman lucu saat pertama kali mengajar di SDI.

Ia sempat diidolakan oleh anak muridnya yang berumur 4--5 tahun itu.

"Baju saya hampir sobek ditarik-tarik mereka," katanya.

Ia menjelaskan bahwa anak-anak Desa Cibanteng itu dapat memperoleh ilmu dengan gratis dari mahasiswa IPB yang dengan penuh pengabdian rela berbagi ilmu untuk salah satu desa lingkar kampus ini.

Sanggar Didik Impian, kata dia, adalah sebuah nama yang unik dan dipilih oleh kelompok mahasiswa sebagai label untuk kegiatan belajar mengajar yang mulai aktif sejak 28 Oktober 2011.

Kegiatan mengajarnya diperuntukan, baik bagi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) maupun untuk anak usia kelas 6 SD.

Materi yang diajarkan merupakan penguatan materi-materi umum yang biasa didapat di sekolah, seperti matematika, IPA, IPS, dan agama.

Selain itu, kata dia, setiap dua bulan sekali diadakan kegiatan nonton bareng (Nobar).

Tujuan Nobar, kata dia, adalah untuk menyaksikan film yang menarik dan memotivasi anak-anak untuk berjuang dan berprestasi.

"Kami juga telah memberikan pohon untuk masing-masing kelas, yaitu pohon rambutan Irian, supaya mengikat mereka untuk mengikuti kegiatan ini," katanya.

Pohon tersebut dirawat oleh siswa-siswa di masing-masing kelas.

Selain itu, juga diajarkan untuk berkreasi mulai bernyanyi, menari, dan membuat aneka prakarya.

Relawan pengajar sejawat Luqman adalah Akrom, Fajar, Handoko, Sarah, Diana, Milion, Nurrohman, Ramdan, Zahwan, Abdulloh, Giant, Wardah, Uswah, Zulfikar,Yuni, Nanda, Dita, Yunita, Akmal, Adis, Holil, Sarah, Gilang, Aisyah, Nerisa, dan Kurnia Romadona. 

antaranews.com

Kamis, 02 Agustus 2012

Pemulung Tua Penyelamat Puluhan Bayi Telantar

Beijing - Tidak perlu menunggu kaya untuk menolong sesama. Terbukti seorang pemulung tua tidak segan menolong puluhan bayi yang sengaja ditinggalkan oleh orang tuanya di jalanan. Karena berbuat baik adalah hal yang seharusnya tidak ditunda.

Lou Xiaoying, demikian nama nenek asal China berusia 88 tahun itu. Sehari-hari dia mengumpulkan dan mendaur ulang sampah. Dari pekerjaannya itu, tentu Lou tidak punya banyak uang. Namun tanpa pamrih, dia mengambil bayi-bayi yang dibuang orang tuanya di jalan-jalan di Jinhua, bagian timur Provinsi Zhejiang, China.

Menurut surat kabar Yanzhao Metro Daily, Lou sudah menyelamatkan lebih dari 30 bayi telantar. Aktivitas itu dilakoninya sejak empat dekade terakhir. Bersama dengan suaminya yang meninggal 17 tahun lalu, Lou mengangkat empat anak yatim piatu. Sedangkan anak-anak lainnya diasuh oleh keluarga Lou dan teman-temannya.

Anaknya yang paling kecil bernama Zhang Qilin. Bocah yang saat ini berusia 7 tahun itu ditemukan Lou di tempat sampah saat perempuan tua itu berusia 82 tahun.

"Meskipun saya sudah tua tapi saya tidak bisa mengabaikan bayi dan membiarkannya hingga mati di tempat sampah. Dia tampak begitu manis dan begitu kasihan. Saya harus membawanya pulang bersama saya," katanya seperti dikutip dari www.dailymail.co.uk, Senin (30/7/2012).

Lou kemudian membawa bayi mungil itu ke rumahnya, sebuah rumah sederhana di pedesaan. Di rumah itulah bayi dirawat dengan penuh kasih sayang dan diperhatikan kesehatannya. Sehingga tujuh tahun kemudian, bayi itu tumbuh menjadi anak laki-laki yang yang bahagia dan sehat.

"Anak-anak saya lebih tua semua membantu mengurus Zhang Qilin, karena dia sangat istimewa bagi kami semua. Saya beri dia nama dia dari bahasa China yang berarti langka dan berharga," tutur Lou.

Melihat bocah itu tumbuh dan menjadi kuat memberinya kebahagiaan. Lou sadar dirinya memiliki cinta yang nyata untuk merawat anak-anak. Baginya, jika dirinya punya kekuatan untuk mengumpulkan sampah, maka dia juga punya kekuatan untuk mendaur ulang sampah yang sama pentingnya dengan hidup manusia.

Manurut Lou, anak-anak membutuhkan cinta dan perhatian. Mereka semua adalah manusia yang berharga. Karena itu Lou sama sekali tidak mengerti mengapa ada orang yang tega meninggalkan bayi lemah di jalanan.

Salah satu putri angkat Lou, Zhang Juju (33), mengatakan meskipun ibunya hidup dalam kemiskinan namun selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anak diselamatkannya. Zhang mengatakan, kendati ibunya semakin renta namun dalam sehari keluar rumah 3 hingga 4 kali untuk memulung, bahkan saat mulai sakit-sakitan sekalipun.

"(Meskipun sudah tua), tapi itu tidak membuatnya berhenti," ucap Zhang kepada situs berita China, 19lou.com.

Informasi dari kantor berita Cina, Xinhua, Lou masih memikirkan anak-anak kesayangannya meski tubuh tuanya tak lagi mau kompromi. Sakit gagal ginjal yang dialaminya membuat Lou hampir kehilangan kemampuan untuk berbicara dan bergerak.

"Saya tidak punya banyak waktu lagi (tapi) saya yang paling ingin saya lihat adalah... (Qiling yang berusia 7 tahun) pergi ke sekolah. Dengan cara itu, bahkan setelah aku pergi, tidak akan ada penyesalan tersisa dalam hidup saya," ujar perempuan yang memiliki satu putri biologis ini kepada Xinhua dari tempat tidur rumah sakit, seperti dikutip dari www.huffingtonpost.com, Senin (30/7/2012).

Meskipun Lou tidak mampu menyekolahkan ketiga anaknya, namun dia berhasil menyekolahkan Zhang dan seorang anak perempuan lainnya hingga SMP. Nah, kisah Lou yang menyentuh ini menjadi berita utama di beberapa surat kabar China.

Kabar baiknya, ada komunitas yang melakukan sejumlah langkah untuk mendukung misi Lou. Bahkan ada upaya penggalangan dana online untuk meringankan biaya RS Lou. Tak hanya itu, sebuah sekolah dasar di kota kelahiran Lou menawarkan biaya sekolah ringan untuk Qiling.

"Ini adalah keinginan terakhir dari (Lou) jadi kita membantu dia mewujudkannya," kata Kepala Sekolah SD Kota Jinhua, Zhang Fangxiao, kepada 19lou.com.

Seorang pendukung Lou menyebut apa yang dilakukan perempuan tua itu telah mempermalukan pemerintah, sekolah, dan orang-orang yang tidak melakukan apapun kala melihat banyak bayi-bayi telantar. Padahal Lou hanyalah nenek tua yang tidak punya uang apalagi kekuasaan. Namun dia telah menyelamatkan anak-anak dari kematian dan hal-hal buruk lainnya. 

detikNews.com

Selasa, 31 Juli 2012

Seniman Jalanan Dirikan "ITB" untuk Anak Pemulung

Jakarta - Kepedulian terhadap pendidikan anak bisa datang dari mana saja. Salah satunya Komunitas Seniman Jalanan yang mendirikan Institut Tanah Baru. Institut ini berkonsentrasi terhadap anak-anak dari komunitas pemulung. Komunitas ini bergerak di bidang seni tari, seni musik, seni rupa dan teater atau seni peran.

"Di institut ini kami akan membuka empat fakultas, dan saung belajar. Di fakultas tersebut kita membangun karakter, sedangkan saung belajar lebih pada baca, tulis, dan mengaji," kata Dodi Miller, salah satu pendiri Institut Tanah Baru, di Jakarta, Minggu (29/7/2012).

Ia menjelaskan, pemilihan nama Institut Tanah Baru yang disingkat ITB, beradal dari pengertian tempat baru untuk membangun ruang kreativitas dan apresiasi. Di tempat tersebut, anak-anak akan banyak belajar dan bermain untuk memperkuat karakteristik pribadi anak melalui seni.

Menurutnya, masyarakat kelas bawah juga memerlukan perhatian dan ruang untuk menuangkan kreativitas. Di ITB, mereka belajar tari Ronggeng, Jaipong, memainkan gitar, atau membuat macam-macam handy craft.

Institut Tanah Baru didirikan oleh empat pemuda yang berlatar belakang seniman dan mahasiswa.  Mereka adalah Dodi Miller, Abi Putra Nusantara, Hendriyetus Siswono, dan  R. Basri. Seniman-seniman jalanan yang belajar secara otodidak ini ingin memberikan ilmu yang mereka miliki sebagai cara berbakti kepada masyarakat.

"Kami hanya memberikan apa yang bisa kami berikan. Kalau menunggu pemerintah kan, tahu sendiri bagaimana. Siapa pun yang mau membantu komunitas belajar ini, kita akan terbuka. Teman-teman dari akademisi atau siapa pun yang mau turut membantu, tangan kami terbuka," kata Dodi.

KOMPAS.com

Kamis, 19 Juli 2012

Paket untuk Warga dan Pemulung Bantargebang

Bekasi - Sebanyak 1.000 paket bahan makanan dibagikan untuk warga dan pemulung TPST Bantargebang, Kota Bekasi, Rabu (18/7/2012).

Dewan Daerah Walhi DKI Jakarta sekaligus pendamping warga dan pemulung, Bagong Suyoto, mengatakan, paket yang dibagikan terdiri atas beras 10 kilogram, sarden 7 kaleng, dan minyak goreng 1 kilogram dalam kemasan.

Menurut Bagong, warga dan pemulung yang mendapatkan paket itu adalah binaan sekolah Al Muhajirin, yang didirikan secara swadaya di RT 1 RW 5 Ciketing Udik, Bantargebang, atau berbatasan dengan lokasi TPST.

Bagong mengatakan, pembelian paket bahan makanan itu didanai oleh Al Imdaad Foundation, suatu lembaga amil zakat, yang memiliki jaringan ke mancanegara.

"Acara rutin setiap tahun untuk sekadar membantu warga dan keluarga pemulung menjelang bulan Ramadan," kata Bagong yang juga anggota Dewan Pembina Al Muhajirin.

Warga dan keluarga pemulung, lanjut Bagong, perlu dibantu karena secara ekonomi kurang mampu. Penghasilan dari mengais sampah rata-rata Rp 40.000 sampai Rp 50.000.

Sebenarnya, penghasilan itu cukup. Namun, kata Bagong, akibat pengelolaan tidak baik, penghasilan itu menjadi tidak cukup untuk membiayai kebutuhan keluarga. "Ada pembelian barang atau konsumsi yang sebenarnya tidak diperlukan," katanya.

KOMPAS.com

Rabu, 11 Juli 2012

Mau Digusur, Pemulung Ngadu ke LBH

Jakarta - Puluhan pemulung yang tinggal di kolong jembatan Kampung Melayu, Jakarta Timur, mengadu ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Selasa (10/7). Mereka meminta LBH dapat mengadvokasi dan memperjuangkan nasib pemulung yang tempat tinggalnya akan digusur Pemerintah Provinsi DKI.

"Di kolong Kampung Melayu itu mau digusur. Intinya, kami minta bantuan ke LBH lah," kata Supardi, seorang pemulung. Menurut dia, pertemuan ini diwakili Advokasi Publik LBH Jakarta.

Dari pertemuan ini, ucap Supardi, LBH Jakarta bersedia memperjuangkan nasib para pemulung yang tinggal di bawah kolong jembatan Kampung Melayu. Supardi berharap, bila pun harus digusur, Pemprov DKI dapat memberikan tempat pengganti terbaik.

"Pertemuan dengan orang LBH itu cukup baik dan mereka ingin membantu. Kita berharap agar kita dapat bertahan disana atau disediakan tempat oleh pemda," tutur Supardi.

Sebelumnya, para pemulung sempat beorasi di halaman Gedung LBH Jakarta. Dalam aksi ini, mereka juga membawa gerobak dan membentangkan spanduk agar LBH Jakarta ikut membantu memperjuangkan nasib mereka.

berita.yahoo.com

Kamis, 07 Juni 2012

Lakon Duka Pemulung di Belantara Jakarta

Seharian Jasad Si Bungsu Digendong Kemana-mana

Sungguh malang nasib tunawisma yang jadi pemulung ini. Ketika si bungsu yang berusia tiga tahun meninggal, bapak dua anak ini kebingungan menguburkan jasadnya. Ketiadaan biaya membuatnya harus menggendong mayat anaknya mencari tempat pemakaman.

Pekan silam menjadi hari yang paling buruk dalam perjalanan hidup Supriono (42), pemulung asal Solok, Sumatera Barat yang hidup menggelandang di Jakarta sejak 1999. Si bungsu dari dua bersaudara, Khairunisa (3) mendadak jatuh sakit. "Ia selalu memuntahkan makanannya dan mengeluh pusing," kata Supriono.

Supriono sempat membawa Khairunisa, sapaan anaknya, berobat ke Puskesmas Setia Budi, Jakarta Selatan. "Dokter mengatakan Khairunisa mengalami muntaber dan diberi obat berupa sirup dan tablet. Saya bayar Rp 4.000."

Usai ke Puskesmas, Supriono "pulang" ke tempat ia biasa istirahat di bawah jembatan rel kereta api, kawasan Cikini. Untuk menahan dingin malam, Supriono membaringkan si kecil Khairunisa di gerobak, tempat ia biasa menaruh hasil memulung. Di sanalah Supriono mencoba merawat anaknya.

"Obat dokter sudah saya kasihkan. Namun, sampai obatnya habis, sakitnya tidak sembuh juga. Saya kasih makan nasi dimuntahkan. Lalu, saya kasih bubur ayam juga dimuntahkan," kata Supriyono dengan mata menerawang.

Tidak mau perut anaknya kosong, Supriono menggantinya dengan biskuit yang dicelupkan air. Maksudnya agar lebih lunak dan mudah dicerna. "Namun, belum habis dua potong, Khairunisa kembali muntah. Hingga Minggu malam, kondisi Khairunisa semakin lemah, namun dia bisa tidur."

Saat azan Subuh, Senin (6/6) lanjut Supriono, anaknya bangun dan minta minum. "Saya perhatikan fisiknya semakin lemah saja, sehingga saya memilih tidak memulung hari itu. Saya putuskan untuk menjaga dia. Sekitar jam 07.00, saya perhatikan sorot matanya semakin suram dan mukanya semakin pucat."

Supriono semakin panik dan mencoba membangunkan buah hatinya itu. Namun, Khairunisa terbaring tenang, tak ada reaksi apa-apa. Supriono pun paham, anaknya sudah menghadap Yang Kuasa. Ia hanya bisa menangis menatap jasad anaknya di gerobak itu. Di tengah duka yang merajam, ia tidak tahu di mana jasad anaknya dimakamkan. Ia sama sekali tidak punya sanak saudara di Jakarta.

"Saat itu situasi di Cikini sudah mulai ramai, tetapi tidak seorang pun saya kenal untuk dimintai tolong. Lalu, saya teringat teman saya Dasmin yang tinggal di Kampung Kramat, Bogor, Jawa Barat. Saya berniat minta tolong agar jenazah Khairunisa dimakamkan di sana. Saya yakin dia mau menolong."

Tertahan Di Kantor Polisi

Sungguh tragis, Supriono membawa jasad anaknya di gerobak itu menuju Stasiun Tebet. Kakak Khairunisa, Muriski Saleh (7) dengan langkah kecil mengikuti dari belakang. Sambil menunggu kereta datang, Supriono menutupi wajah Khairunisa dengan kaus, sedangkan kaki yang sudah mulai kaku itu dibiarkan saja terbuka.

Begitu kereta datang, Supriono menggendong jenazah Khairunisa dan bermaksud naik ke dalam gerbong. Tiba-tiba seorang pedagang teh botol mencegat Supriono. "Pak, anaknya sudah meninggal, ya," ujar Supriono menirukan pedagang teh botol. "Saya membenarkan dan mau saya bawa ke Bogor. Di antara orang yang mengerumuni saya, ada yang minta agar saya ke kantor polisi. Saya setuju saja. Kebetulan letak kantor polisi tidak jauh dari Stasiun Tebet."

Sementara Supriono menunggu pemeriksaan di Mapolsek Tebet, jenazah Khairunisa dititipkan di Puskesmas Tebet yang bangunannya bersebelahan dengan Polsek Tebet. "Saya tertahan di sana selama 6 jam hanya untuk menunggu datangnya petugas reserse yang melakukan pemeriksaan. Saya jengkel karena harus buru-buru menguburkan je nazah Khairunisa."

Supriono semakin tidak sabar karena petugas mengatakan, jenazah Khairunisa harus dibawa ke RSCM . Polisi juga sudah memesan mobil jenazah yang akan membawa jasad Khairunisa menuju RSCM. "Sore hari datang mobil ambulans. Sampai di RSCM, saya masih harus menunggu. Lalu, petugas minta agar jenazah Khairunisa diotopsi. Saya keberatan karena kematian anak saya sudah jelas karena sakit muntaber," papar Supriono.

Oleh petugas, Supriono diminta menandatangani surat penolakan otopsi. "Surat itu langsung saya tandatangani. Petugas kamar jenazah menanyakan, apakah saya membawa pulang Khairunisa dengan mobil ambulans atau membawa sendiri. Saya mengatakan enggak punya uang, makanya akan saya bawa sendiri."

Keluar dari RSCM, matahari sudah hampir tenggelam. Kembali dengan mata basah Supriono kebingungan mau dibawa ke mana anak bungsunya. "Saya pikir kalau ke Bogor sudah terlalu sore. Lalu, saya ingat Ibu Sri, pemilik kos di Jl. Manggarai Utara VI. Dulu tahun 2003, saya pernah tinggal di sana."

tabloidnova.com

Selasa, 29 Mei 2012

Jokowi Didoakan Pemulung jadi Gubernur DKI

Jakarta - Pemulung dan pencari barang beras yang tinggal di bawah kolong jembatan mengeluh kepada calon gubernur Jakarta, Joko Widodo atau Jokowi. Kelak jika menjadi Gubernur DKI, Jokowi tak menggusur tempat mereka yang menjadi sumber penghasilannya.

"Saya sudah cocok tinggal di sini. Tapi kami memohon jangan diusir dari sini," ujar Karto dalam obrolan para pemulung dengan Jokowi di pinggir kali Ciliwung, Jakarta Timur, Minggu (27/5/2012).

Lain lagi dengan Ibu As. Ia mengaku pemulung dan pencari barang bekas sejatinya tidak mau tinggal di bawah jembatan dengan tempat yang tidak layak. Apalagi sirkulasi udaranya tidak sehat. Jika banjir tiba, keluhnya, tempat tingalnya terendam, juga yang lain.

"Memang sebenarnya enggak layak, tapi yang namanya pemulung layak saja di sini. Asal jangan dikutip sama kamtib. Dimintain jatah. Sehari saja belum tentu dapat 10 ribu," Ibu As mengeluh.

Mendengar keluhan, Jokowi menanyakan keinginan mereka seperti apa. "Apakah mau dibuatkan rumah susun. Kalau iya perlu ada tanahnya. Yang pasti dekat dan nanti akan dipikirkan," ujar Jokowi yang biasa mengenakan kemeja kotak-kotak.

Jokowi juga meyakinkan para pemulung, bahwa hak mereka untuk kesehatan dan pendidikan akan mendapat jaminan pemerintah. Seperti biasanya, Jokowi menawarkan kepada mereka kartu sehat dan kartu pendidikan untuk anak-anak.

Warga berharap banyak dengan penjelasan Jokowi. Mereka mengaku tak bisa mendukung sepenuhnya kecuali dengan doa. Di akhir acara, dengan dipimpin salah satu pemuka agama, pemulung dan pencari barang berkas berdoa bersama untuk pemimpin lebih baik ke depan.

"Warga enggak memiliki apa-apa untuk diberikan. Warga di sini hanya memberi dukungan doa kepada Pak Jokowi. Semoga perjalanan menuju DKI 1 diberi keselamatan dan kesehatan," ucap salah satu warga menutup pertemuan sore itu.

Tribunnews.com

Kamis, 22 Maret 2012

Pemulung Bisa Raup Rp 150 Ribu dari Sampah

Medan - Sampah-sampah yang berserakan di Kota Medan, salah satu seperti yang berada di Jalan Dahlia Kelurahan Sidorejo Hlilir Kecamatan Medan Tembung dan Jalan Tempuling I, ternyata membawa berkah bagi keluarga Manulang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Pasalnya, tanpa ada tumpukan sampah yang berserakan, mereka tidak akan bisa mencari  makan. “Saya selalu mencari uang makan untuk kebetuhan sehari-hari bersama istri,” ujar Manulang, disela-sela mencari tumpukan sampah di depan rumah warga yang berada di Jalan Tempuling  Kelurahan Sidorejo Hilir Kecamatan Medan Tembung, Rabu (21/03).

Sampah-sampah yang kerap dicari setiap hari di tong sampah rumah warga ataupun di tempat tumpukan  seperti  kertas, karton, plastik, kardus, dan botol cup, serta botol bekas lainnya. “Ya dengan hasil tumpukan sampah tersebut, saya selalu meraup keuntugan sehari mencapai Rp 150 ribu. Terkadang, saya mau mencapai Rp 200 ribu per hari,” paparnya.

Manulang mengatakan, untuk sampah seperti karton itu bisa dijual ke botot seharga Rp 1.300 per Kg dan untuk botol aqua gelas yang sudah dibersih harganya bisa mencapai Rp 8.000 per  kg. Kemudian untuk sampah plastik yang bersih bisa dijual ke botot seharga Rp 2.500 per kg, untuk sampah jenis kertas koran bisa dijual seharga Rp 2.000 per kg.

Sementara itu, Evi, istri Manulang menambahkan, mereka bisa menghabiskan waktu selama enam jam saat mengais sampah. Selebihnya, membersihkan tumpukan sampah yang berada di Jalan Tempuling II.

“Sebenarnya bagi kami keluarga pemulung, sampah yang sering di buang oleh warga di depan rumahnya, itu merupakan saut rezeki. Walaupun, sampah yang dicari berbau busuk, kami tetap selalu mencari dan mengambil serta mengutip tumpukan sampah itu,” ungkapnya.

Selanjutnya Evi juga menambahkan kemudian untuk sampah berjenis  ampas kelapa, dan bekas masakan warga yang sudah basi dipergunakan untuk makan ternak ayam dan hewan lainnya. [ hariansumutpos.com ]

Jumat, 16 Maret 2012

Pemulung Mengembalikan Barang Curian

Materi ini saya dapat dari koran Kedaulatan Rakyat yang terbit dalam minggu ini. Terima kasih kepada pemulung yang ternyata tidak hanya mengurangi sampah, tapi juga mengembalikan barang curian.

Sejak beberapa bulan terakhir, saya kerap membaca rubrik “Sungguh-sungguh Terjadi” yang dipasang pada halaman depan, sudut kanan bawah, koran itu.

Cerita ini terjadi di Solo, pada Jumat, 2-3-2012, di Play Group Aisyiyah, Baron. Dikirim oleh Siti Aisyah, warga Jalan Pisang I No.6, Kerten, Solo 57143.

Wahyu Priyanti kehilangan tas di dalam salah satu kelas. Tas itu berisi KTP atas nama ayahnya kakaknya dan dirinya, kartu mahasiswa, dan kartu perpustakaan.

Semua guru ikut mencari. Karena isi tas tidak seperti yang diinginkan pencuri, tas itu dibuang di tempat pembuangan sampah dekat gedung sekolah. Dan diantar oleh pemulung.[ heruls.net ]

Minggu, 11 Maret 2012

Bangun Perpustakaan dari Memulung

Padang - Saufni Chalid menyatakan dirinya seorang pemulung yang sukses. Ya, karena dari hasil memulung itulah, sebagian besar dari koleksi buku-bukunya di perpustakaan umum Radesa berasal.

Saat itu dia menjadi pemulung disela-sela pekerjaan sebagai karyawan perpustakaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas dan juga saat melanjutkan sekolah di jurusan Ilmu Perpusatkaan Universitas Indonesia.

Cerita jadi pemulung tersebut berawal pada suatu hari di tahun 1974. Sewaktu kembali dari kuliah, dia singgah di pasar sore Rawamangun untuk membeli ikan dan cabe bulat. Sesampai di rumah, cabe bulat dengan bungkusan koran tersebut dibukanya.

“Saya ketawa sendiri di dapur setelah membuka bungkusan tersebut. Sebab dalam bungkusan korang tersebut terdapat sebuah tulisan yang berkaitan dengan tugas yang diberikan dosennya mengenai penerbitan buku,” ceritanya.

Tulisan di koran itu pun diconteknya untuk memenuhi tugas yang didapatnya. Pada hari yang telah ditetapkan, dengan penuh percaya diri, istri Nurmasni ini mengangkat tangan untuk bersedia menjadi orang yang paling awal mempresentasikan tugas yang dibuatnya. Seisi kelas pun jadi ternganga. Dia pun dianggap orang yang paling pintar dan menguasai tentang penerbitan buku di antara temannya.

Namun sayang, dia gagal dalam ujian semester meski soal yang diberikan merupakan tugas yang dipresentasikannya sendiri beberapa waktu lampau. “Saya gagal karena ceroboh dan sombong. Karena merasa menguasai, saya jadi menganggap remeh sehingga jadi takabur,” katanya.

Kejadian itulah yang memukul ketekaburannya. Mulai dari itu, dia bertekad untuk tidak takabur. Dan kertas koran bekas bungkusan cabe tersebut disimpannya baik-baik, untuk mengingatkannya agar tidak sombong. Tidak sampai di situ, semenjak kejadian itu dia mulai menyimpan setiap bungkusan koran atau majalah yang menurutnya ada unsur ilmu pengetahuan dan keterampilan, seteleh dibaca.

“Nah dari sana mulailah saya jadi pemulung betulan. Tidak hanya barang cetakan dan rekaman yang saya kumpulkan. Sampah di sekeliling rumah juga saya kumpulkan untuk dijadikan barang yang berguna,” ujar ibu empat orang anak ini.

Di antara berbagai macam jenis sampah salah satunya sampai jahitan. Kain-kain sisa jahitan dibuatnya lap tangan, alas meja cantik, isi bantal, selimut dan untuk berbagai keperluan lainnya. Berkaitan dengan profesinnya, dia juga menjadi pemulung ilmu pengetahuan. Apabila ada buku, majalah, dan koran, baik dari teman atau dari mana saja, asalkan ada informasi bermanfaat akan diambilnya untuk koleksi.

“Dengan bermodal kemauan, hobi dan juga profesi yang saya geluti, maka terkumpullah banyak buku, majalah, dan koran sehingga bisa membangun pustaka seperti sekarang,” ungkapnya.

Ia meyakini, upayanya itu masih sangat diperlukan sekalipun arus informasi kini dengan bebasnya melaju di jaringan internet. Apalagi akses banyak orang pada sumber-sumber bacaan bermutu secara gratis masih teramat sedikit. [ padangekspres.co.id ]

Jumat, 09 Maret 2012

Tiga Organisasi Terima Penghargaan Deplu AS

New York - Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton mem- beri penghargaan masing-masing setengah juta dolar kepada tiga organisasi yang bekerja untuk memberdayakan perempuan dan anak perempuan di India, Kenya dan Tanzania.

Ketiga organisasi itu: Chintan, Samasource dan Kickstart, adalah penerima penghargaan Inovasi bagi Pemberdayaan Perempuan dan Anak Perempuan yang untuk pertama kali diberikan menteri luar negeri.

Penghargaan tersebut didanai Yayasan Rockefeller. Menyerahkan penghargaan itu di Departemen Luar Negeri hari Jumat, Clinton mengatakan penghargaan itu diberikan untuk mendukung "para pemikir paling kreatif dan aktivis paling berkomitmen."

Organisasi pertama yang menerima penghargaan itu adalah Chintan, organisasi nirlaba India yang bekerja melatih dan mengorganisir pemulung, menghapus pekerja anak terus terjadi dan meningkatkan keadilan lingkungan melalui pekerjaan dan advokasi ramah lingkungan. Menerima penghargaan bagi Chintan adalah Bharati Chaturvedi, pendiri organisasi itu.

Samasource adalah perusahaan sosial berpusat di Amerika yang memberikan keterampilan dan sumber daya bagi perempuan dan anak-anak perempuan di Kenya dan tempat lain untuk melakukan pekerjaan secara online bagi perusahaan-perusahaan di Amerika dan negara lain. Leilah Janah adalah pendiri organisasi itu.

Kickstart adalah lembaga swadaya masyarakat yang membantu perempuan miskin di Tanzania melalui alat irigasi perkebunan dikenal sebagai MoneyMaker Hip Pump atau pompa penghasil uang, yang membantu mereka menanam buah dan sayuran untuk dijual sepanjang tahun, bahkan dalam musim kemarau. Program itu memiliki program kredit mikro guna memungkinkan perempuan mencicil pembayaran alat itu. Manajer Kickstart untuk Tanzania, Anne Atieno Otieno, untuk pertama kali pergi ke Amerika untuk menerima penghargaan tersebut.

Menteri Clinton mengatakan Departemen Luar Negeri memfokuskan pada tantangan yang dihadapi perempuan dan anak perempuan, bukan hanya karena apa yang ia sebut "kewajiban moral," tapi karena Amerika percaya, mengubah kehidupan perempuan dan anak-anak perempuan akan mengubah masyarakat, negara dan dunia.

Menurut Hillary Clinton, bekerja dengan perempuan dan atas nama mereka bisa membuka pintu bagi kesempatan kerja, perawatan kesehatan dan pendidikan, yang mempunyai dampak mengangkat seluruh masyarakat, mewujudkan perdamaian, kesejahteraan dan stabilitas.

[ voanews.com ]

Kamis, 08 Maret 2012

Lapak Pemulung di Jalan Latumenten Ditertibkan

Jakarta - Puluhan anggota Satpol PP Kecamatan Tambora Jakarta Barat kembali melakukan penertiban terhadap lapak pemulung di Jl Latumenten, RW 05 Kelurahan Jembatan Besi, atau tepatnya di depan Mall Season City, Kamis (8/3).

Tidak ada perlawanan dalam penertiban kali ini. Para pemilik bangunan yang kebanyakan berprofesi sebagai pemulung ini tampak pasrah saat petugas mulai membongkar satu-persatu bangunan milik mereka. Selanjutnya, petugas langsung membersihkan sampah-sampah sisa pembongkaran yang diangkut menggunakan dua truk berukuran besar. [ beritajakarta.com ]

Rabu, 07 Maret 2012

Keselamatan Pemulung di TPA Sumur Batu Berbahaya

Bekasi - Runtuhnya gunungan sampah yag berada di zona 1, tempat pembuangan akhir (TPA) sumur batu pada Selasa siang (6/3), harus menjadi perhatian semua pihak, khususnya Pemkot Bekasi. Pasalnya, sewaktu-waktu gunungan sampah akan kembali longsor dan menelan korban jiwa.

Kepala keamanan TPA Sumur Batu, Wawan, Rabu (7/3) menuturkan, sebenar- nya tumpukan sampah dizona 1 sudah sangat tinggi dan tidak memadai lagi. Namun, sejak 5 hari yang lalu zona 1 dibuka kembali.

“Iya baru lima hari yang lalu buang sampah di sana, jadi tumpukan sampahnya belum terlalu padat, kena guyuran hujan jadi longsor,”tuturnya.

Diakui Wawan, selama ini dirinya selalu mengkhawatirkan keselamatan ratusan pemulung yang mengais sampah disekitar gunungan sampah, terlebih tinggi gunungan sampah sudah melampaui kapasitas. Pasalnya, keselamatan ratusan pemulung merupakan salah satu tanggung jawab pihaknya.

“Tiap hari saya muter keliling terus memantaua pemulung. Saya harap kepada pemerintah untuk harus segera merampungkan zona lima, karena zona empat sudah sangat tinggi sekali,”terangnya.

Kepala UPTD TPA Sumur Batu Acep R, mengakui, sejak lima hari yang lalu sampah-sampah di Kota Bekasi untuk sementara dibuang di zona 1, pasalnya gunungan sampah yang berada di zona 4 akan dipadatkan.

Namun, karena tumpukan sampah di zona 1 belum stabil, sekitar 6.500 m3 sampah akhirnnya longsor,”Longsornya tidak banyak,hanya sedikit. Ini sedang dalam perapihan,”kelitnya.

Dikatakan Acep, selama sebulan kedepan, ribuan kubik sampah dari masyarakat Kota Bekasi untuk sementara akan ditempatkan di zona 1, pasalnya gunungan sampah di zona 4 akan dirapikan dan dipadatkan. Menurut Acep, zona 1 yang saat ini memiliki ketinggian 15 meter untuk sementara masih bisa menampung sampah masyarakat Bekasi.

“Saat ini di zona satu masih dirapikan, minggu besok sudah bisa digunakan lagi. Selama zona satu digunakan, zona empat akan dipadatkan. Dengan cara inilah kami menyiasati keterbatasan TPA sumur batu, sambil menunggu pembangunan zoba 5 selesai,”tandasnya.

[ poskotanews.com ]

Minggu, 04 Maret 2012

Pemulung-Pengepul Demo di Kantor Bupati Cirebon

Cirebon - Sekitar seratus pengepul barang rongsok dan pemulung berunjuk rasa di depan kantor Bupati Cirebon di Sumber, Jumat (2/3/2012). 

Mereka meminta Pemkab Cirebon menjamin keamanan mereka dalam menjalani pekerjaan dan usaha di bidang jual-beli barang rongsokan. Selain itu mereka juga minta bantuan permodalan untuk mengembangkan usaha.

"Kami merasa tidak tenang karena saat mengangkut barang rongsokan seringkali ditilang oleh petugas kepolisian," ujar Ahmad, salah seorang pengunjuk rasa.

Ahmad mengakui dia dan teman-teman sopir pengangkut barang rongsokan kerap kali membawa muatan yang tingginya melampaui bak mobil. "Hal itu terpaksa kami lakukan karena pertimbangan menghemat biaya angkut, maka tolong kami jangan ditilang," ujarnya.

Unjuk rasa yang berlangsung sekitar satu jam tersebut berlangsung aman. Puluhan anggota Dalmas Polres Cirebon dan Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP) tampak melakukan penjagaan di lokasi unjuk rasa.

Para pengunjuk rasa secara bergantian melakukan orasi. Dalam orasinya mereka menuntut ketenangan dalam menjalankan usaha mereka. "Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan," kata Ayub, koordinator lapangan aksi.

Para pengunjuk rasa membubarkan diri setelah ditemui oleh Kasatpol PP Yayat Ruhyat dan Staf Ahli Bupati Asdulah di ruang Paseban kantor Bupati Cirebon. "Terkait dengan kelancaran pengangkutan barang rongsokan di jalan, kami akan berkoordinasi dengan pihak yang berwenang," tandas Yayat Ruhiyat. [ INILAH.COM ]

Jumat, 02 Maret 2012

Masyarakat Peduli Rongsok Datangi Kantor Bupati

Cirebon - Sekitar seratusan para pemulung, pengepul barang rongsok dan mahasiswa yang tergabung dalam Komunitas Masyarakat Peduli "Rongsok" mendatangi kantor Bupati Cirebon di Sumber, Jumat (2/3) pagi sekitar pukul 10.00 WIB.

Mereka menuntut perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon atas pekerjaan dan usaha rongsok. Di bawah penjagaan ratusan anggota Dalmas Polres Cirebon dan Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP), secara bergantian para demonstran melakukan orasi.

Dalam orasinya mereka merasa tidak mendapatkan ketenangan dalam menjalani pekerjaan dan usaha rongsok, karena, dalam mengangkut barang rongsok seringkali ditilang oleh petugas kepolisian. Selain itu, terkait permodalan, Pemkab juga tidak pernah membantu permodalan.

"Kami akui, suatu ketika mengangkut rongsok tingginya melampaui bak mobil, tapi dengan pertimbangan efesiensi biaya angkut, maka tolong kami jangan ditilang," kata seorang sopir barang rongsok yang mengaku bernama Karno.

Sementara peserta aksi yang lain mengatakan, UUD 1945 pasal 27 ayat (2) menyebutkan, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Sementara UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat (2) juga menyebutkan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

"Kami juga termasuk pekerja yang seharusnya bisa diperhatikan oleh pemerintah, tapi nyatanya seakan-akan dianggap tidak ada. Padahal, sadar atau tidak disadari oleh pemerintah daerah, kami ini membantu perekonomian daerah," kata Ayub, koordinator lapangan (korlap) aksi.

Tidak lama berselang, mereka diterima oleh Pemkab Cirebon di paseban Setda Kab. Cirebon di antaranya ditemui Kasat Pol PP, Yayat Ruhyat, Staf Ahli Bupati H. Asdulah, Kasubag Pemberitaan, Jidda H Ali.

Para pejabat yang menerima para pengunjuk rasa mengaku akan menyampaikan aspirasi mereka kepada dinas/instansi terkait. "Saya sarankan para pelaku usaha rongsok membentuk koperasi, nanti usulkan bantuan kredit tanpa agunan kepada Dinas Koperasi dan UMKM," kata Asdulah.

Sementara itu Yayat Ruhiyat menyatakan, terkait dengan kelancaran pengangkutan barang rongsok di jalan, dirinya mengaku akan berkoordinasi dengan pihak yang berwenang.

[ pikiran-rakyat.com ]

Senin, 27 Februari 2012

Putus Sekolah, Kakak-Beradik Jadi Pemulung

Ketapang - Sumber daya alam Ketapang Kalimantan Barat yang melimpah ternyata masih belum dirasakan secara merata. Masih ada saja penduduk yang tak bisa bersekolah lantaran tak punya biaya.

Mardiah, tujuh tahun, dan kakaknya Salwa, 10 tahun, warga Ketapang Kecil, kini tak lagi mengenyam pendidikan layaknya teman- teman sebayanya. Perekonomian keluarga yang pas-pasan membuat bocah-bocah ini harus memupus impian dan cita-citanya.

Ironisnya, Salwa dan Mardiah kini harus membantu perekonomian keluarganya. Keduanya terpaksa menjadi pemulung barang-barang bekas. Karung plastik besar kini menjadi temannya di siang hari. Tak ada waktu untuk bermain, apalagi belajar. Setiap hari Salwa dan Mardiah keliling kota mencari barang bekas untuk dijual.

“Kata Emak, ndak punya duit. Jadi kami tidak bisa sekolah,” ujar Salwa kepada Equator ditemui saat berteduh di teras kantor PMI Ketapang.

Dengan polosnya Salwa bercerita pada wartawan koran ini, ia mengaku memulung barang-barang bekas setiap hari di sekitar Kota Ketapang. Hasilnya pun tak seberapa, hanya Rp 1.000 dari hasil memulung barang bekas setiap harinya. Ia mulai turun dari rumah sekitar pukul 09.00 pagi hingga siang atau sore.

Uang itu mereka gunakan untuk jajan sehari-hari. Dengan memulung mereka tak lagi meminta uang jajan pada orang tua. “Bapak kerja tukang, ibu kerja masak saja di rumah (ibu rumah tangga, red). Kami 10 bersaudara, meninggal satu orang,” tuturnya polos.

Ketika memulung barang bekas, kedua kakak beradik itu tampak tak begitu memedulikan kesehatan. Mereka memungut barang bekas di mana pun mereka temui. Bahkan ketika ditemui Equator, keduanya tanpa mengenakan alas kaki. Kaki Mardiah, adik Salwa tampak dipenuhi dengan koreng. Bahkan ketika gerimis, mereka tetap saja memulung.

Mengetahui kondisi tersebut, anggota DPRD Ketapang dari Komisi II Junaidi mengaku akan melakukan pengecekan. Apakah bocah tersebut tak bisa bersekolah lantaran kemampuan orang tuanya yang tidak mampu atau memang orang tuanya yang tak menyekolahkan mereka.

“Kita akan cek dulu. Masalahnya kalau memang tidak mampu bisa digratiskan. Saya tidak mau komentar banyak dulu sebelum mengetahui lebih lanjut,” ujarnya, Minggu (26/02)

Namun ia menegaskan, apa pun alasannya tidak dibenarkan bocah sekecil itu bekerja. Apalagi sampai mengorbankan waktu belajar mereka. “Tidak boleh itu. Mereka masih kecil. Mereka harusnya sekolah,” tuturnya.

Sementara itu Sekretaris Dinas Ketapang Jahilin meminta agar hal tersebut dilaporkan ke pemda dan ditembuskan ke Kepala Dinas Pendidikan dan Kabag Sosial Setda Ketapang.

“Laporkan ke pemda tembusan ke Kadisdik, Kabang Sosial tentang hal tersebut,” tulis Jahilin via SMS. [ equator-news.com ]