Selasa, 17 Januari 2012

Pemulung Jadi Panutan Nasional di China

Guandong - Sang pemulung, Chen Xianmei, Oktober lalu menolong seorang anak kecil yang terluka parah akibat tabrak lari. Chen yang berusia 58 tahun merupakan satu-satunya orang yang mau menolong sang bocah yang terluka parah tersebut.

18 orang sebelumnya yang melintas di dekat sang bocah yang terluka parah memilih tidak peduli dan terus berlalu. Karena tak segera ditolong, ia bahkan kembali ditabrak oleh mobil lainnya. Kecelakaan yang terjadi di Propinsi Guandong tersebut terekam kamera keamanan dan tersebar luas di internet.

Peristiwa tersebut mengundang keprihatinan dunia setelah videonya menyebar.Kebanyakan mereka mengecam ketidakpedulian warga Cina terhadap sesama. [ kbr68h.com ]

Selasa, 10 Januari 2012

BLH Gandeng Pemulung Atasi Masalah Kebersihan

Kapuas - Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng) akan menggandeng pemulung sebagai upaya mengatasi masalah kebersihan karena sumber daya manusia yang peduli lingkungan terbatas di daerah itu...

Kepala BLH Kabupaten Kapuas, Lesmiriadi di Kuala Kapuas, kemarin menga­takan, keterlibatan para pemulung tersebut akan bekerja sama dengan Kelompok Peduli Lingkungan yang telah terbentuk.

“Salah satu tugas dari masyarakat peduli lingkungan ini yakni melakukan pemantauan terhadap buangan sampah dibeberapa lokasi yang telah ditentukan,” kata dia.

Hasil laporan monitoring dan evaluasi tahun 2011 menyebutkan bahwa di Kuala Kapuas terdapat sekitar 34.500 meter kubik sampah yang dihasilkan. Dengan produksi sampah yang cukup besar itu, perlu adanya perhatian khusus, baik dari masyarakat maupun pemerintah daerah dalam menangani masalah sampah.

Ia mengatakan keberadaan pemulung yang akan diajak bekerja sama tersebut bertugas mengumpulkan sampah yang kemudian dipisahkan antara sampah basah, kering dan pecah belah yang bernilai ekonomis dan mana yang tidak bernilai.

Jika sampah yang dikumpulkan ada yang tidak bernilai, maka sampah itu akan di tangani masyarakat peduli lingkungan untuk dipilah kembali. “Kalau sampah basah itu bisa dimanfaatkan sebagai kompos, akan dimanfaatkan sebagai kompos sehingga sampah itu memberikan manfaat,” ujarnya. [ borneonews.com ]

Jadi Maling Dalam Samaran Pemulung

Pekanbaru - Modus tindak kriminal di Kota Pekanbaru, Riau, makin beragam hingga maling kini berani menyamar jadi pemulung dalam melancarkan aksi jahatnya. Menyamar sebagai pemulung, maling-maling beraksi dari rumah ke rumah bahkan kantor di sana.

Hal itu terungkap saat sejumlah maling menyamar sebagai pemulung alias pencari barang bekas saat berusaha mencuri satu unit brankas milik PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk, di Jl. A Yani Nomor 87E, Kel Tanah Datar, Kec Pekanbaru Kota, Selasa (10/01)

Untungnya, aksi kriminal itu lebih dulu dicurigai warga setempat. Alhasil, maling tersebut terpaksa meninggalkan brankas di semak-semak dan pergi dengan tangan hampa.

"Suami saya curiga ada dua orang menarik gerobak pakai sepeda motor seperti pemulung. Ketika ditanyakan, mereka bilang sedang mencari barang bekas dan langsung kabur," kata seorang warga, Erlida (48).

Menurut dia, aksi maling berkedok pemulung itu terlihat pada Selasa dini hari (10/1) sekitar pukul 05.00 WIB.

Erlida bersama suaminya kebetulan tinggal di Gang Jambu Air, lokasinya berada di belakang ruko yang menjadi kantor PT Pelayaran Tempuran Mas. Lokasi rumah Erlida dan ruko hanya dibatasi sebidang tanah kosong yang ditumbuhi belukar.

"Awalnya, kami mendengar suara dentuman keras tapi tidak melihat apa-apa karena hari masih gelap," ujarnya.

Suara dentuman itu kuat dugaan berasal dari brankas baja yang dijatuhkan dari lantai dua ruko. Tak lama berselang, lanjutnya, dua orang yang diduga maling dipergoki berada di tanah kosong belakang ruko.

"Setelah suami saya periksa di semak-semak, ternyata ada brankas," katanya.

Kasus percobaan pencurian itu kini diselidiki oleh Polsek Pekanbaru Kota. Berdasarkan olah tempat kejadian perkara, polisi tidak menemukan ada bekas kerusakan di pintu maupun jendela ruko. [ antaranews.com ]

Pemulung Sampah Terkesan Dilupakan

Pemulung sampah adalah salah satu bagian terpenting dalam pembangunan suatu negara. Tentu saja mereka bagian terpenting dalam suatu negara karena tanpa kita semua sadari mereka secara langsung membantu kelangsungan pembangunan suatu negara dilihat dari aspek kebersihan. Tanpa mereka suatu negara itu tidak dapat dikatakan maju dalam pembangunan karena negara itu sangat kotor. Apalagi pada jaman sekarang tingkat produksi sampah semakin besar setiap hari.

Tetapi pada kenyataannya para pemulung sampah itu terkesan dilupakan oleh kita semua, mereka sering dianggap sebelah mata oleh kita semua termasuk saya juga sering berpikir begitu (maaf…!!! saya gak mau munafik nanti dibilang lagi sok suci..). Kita semua sering berpikir mereka itu bau, berpenyakit, dan tentu saja keadaan mereka yang sering kali terlihat lusuh dan kotor yang membuat kita semua enggan untuk mendekati mereka.

Ternyata anggapan kita semua itu salah, anggapan saya mulai berubah tentang mereka ketika saya tanpa sengaja berbicara dengan seorang pemulung sampah yang pada saat itu sedang mengumpulkan sampah dekat rumah saya. Menurut pemulung sampah itu pekerjaan sebagai pemulung sampah mempunyai tingkat resiko yang sangat tinggi karena mereka bisa saja terserang penyakit karena setiap hari berhubungan dengan sampah, tetapi hal itu menurut dia sudah merupakan suatu resiko karena hanya kerjaan ini yang bisa dia lakukan agar bisa membiayai hidup keluarga. Pada saat saya bertanya cara agar mereka tidak gampang terserang penyakit, jawaban dari pertanyaan ini yang membuat saya sangat terkejut, jawabannya mandi sampe bersih.

Dari situlah saya beranggapan ternyata hanya karena pekerjaan mereka yang membuat orang berpikir mereka itu kotor dan bau (yah, jelasa aja dong, mereka kan berdekatan dengan sampah. jadi yang bau itu sampah bukan mereka) tapi setelah mereka selesai bekerja ternyata mereka itu termasuk orang yang bersih.

Tapi bukan cuma tentang anggapan tentang mereka yang menjadi perhatian saya. Yupp..!!!! kesejahteraan mereka juga menjadi perhatian saya.

Bisa dikatakan mereka seakan2 dilupakan oleh pemerintah, kebanyakan dari mereka mendapatkan gaji dari perusahan daur ulang sampah plastik  itupun tidak seberapa karena tergantung dari berapa banyak sampah plastik yang mereka kumpulkan.

Terus apa yang diberikan oleh pemerintah, kalaupun ada saya rasa tidak seberapa, menurut mereka ada segelintir oknum yang hanya memperhatikan mereka ketika membutuhkan suara mereka dalam pemilihan umum dan ketika oknum2 tersebut sudah mendapatkan suara dari mereka dan memenangkan pemilihan umum, aspirasi dari para pemulung ini dilupakan.

Sepertinya pemerintah tidak pernah sadar kalo negara ini bisa bebas dari sampah itupun karena ada andil dari pemulung sampah, tapi yang dipikirkan malah memperbaiki toilet 2 milyar, dan hal2 lain yang sangat jelas tidak lah penting untuk kesejahteraan rakyat.

Para pemulung ini tidak hanya membutuhkan ucapan terima kasih, mereka juga membutuhkan suatu kesejahteraan kehidupan.

Tetapi biar orang hanya melihat mereka sebelah mta dan kesejahteraan yang tidak diperhatikan oleh pemerintah, mereka tetap menjalankan tugas mereka dengan baik tanpa ada kata mengeluh, hal positif inilah yang setidaknya bisa kita semua ambil dari mereka.

intinya pemulung itu adalah pahlawan kebersihan bagi kita dan mereka tidak mengharapkan belas kasihan dari kita semua, jadi kenapa kita harus melihat mereka dengan sebelah mata..??? silahkan jawab menurut pemmikiran dari sudut pandang kita masing2…

grychristo.blogdetik.com

Selasa, 03 Januari 2012

Pemulung dan ‘Aktivis Lingkungan’

Coba lihat para pemulung disekitar kita. Terpaan terik matahari yang menyengat, bau sampah dan kotoran dari berbagai macam tanpa ada rasa jijik mengais-ngais sampah guna mengumpulkan barang-barang yang bisa dijual kembali kepada para pengepul rongsok.

Dengan tanpa kenal lelah dan bosan mereka terus memunguti sampah setiap harinya. Sampah di sekitar kita, berupa sampah plastik, kardus bekas makanan, botol air mineral, di bak-bak sampah yang bagi mereka ternyata sangat berguna guna keberlangsungan penghidupan diri dan keluarga mereka.

Kendati demikian, ternyata menjadi pemulung pun tidak gampang. Kini begitu banyaknya orang menekuni profesi ini. Profesi yang mengandalkan barang yang sudah tidak diperlukan orang lain. Profesi yang semata mengandalkan barang-barang yang terbuang.

Adalah suatu kenyataan bahwa sebagian orang dengan jargon kecintaan terhadap lingkungan justru secara demonstratif 'berlomba-loba' mengumpulkan limbah non organik untuk dijadikan tambahan penghasilan secara individu ataupun kelompok mereka.

Sebut saja Bank Sampah... workshop yang seharusnya memberi edukasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan sampah, ternyata justru termanipulir sebagai ajang bisnis-usaha belaka. Siapa yang dapat menyangkal kalau ternyata sebagian besar Bank Sampah belum (tidak ??) peduli pada pemanfaatan sampah organik.

Bank Sampah hanya sibuk mengurusi jual-beli limbah non organik daur ulang yang pada hakikatnya sudah dilaksanakan oleh lapak pemulung sejak tahun 70-an. Bahkan sebagian Bank Sampah justru dijadikan lembaga untuk meraup CSR dari perusahaan-perusahan yang memiliki 'kedekatan' dengan mereka.

Sungguh jauh berbeda dengan lapak pemulung yang sebagian besarnya dibangun dan diselenggarakan berdasarkan cucuran keringat para pemulung dari hasil celengan selama bertahun-tahun ataupun menjual sepetak sawah di kampung halaman.

Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi, kendati secara nyata telah menggeluti dunia perlimbahan, namun mereka minim dalam menganulir stigma masyarakat terhadap para pemulung yang cenderung berkonotasi negatif. Bahkan beberapa pihak penyelenggatra Bank Sampah justru 'alergi' kepada para pemulung.

Padahal menjadi pemulung sesungguhnya bukanlah sebuah cita-cita. Harga dirilah yang membuat mereka mengais-ngais sampah agar terhindar dari perbuatan yang melanggar norma-norma. Para pemulung tidak tahu tentang paradigma kecintaan lingkungan. Yang mereka tahu hanyalah bertahan hidup dari limbah daur ulang.

Andai saja di negeri ini kita masih memiliki kepekaan nurani, tentu hal yang demikian tidak akan terjadi. Memang, sampah atau benda-benda yang terbuang oleh pemiliknya adalah milik siapa saja dan kitapun tahu bahwasannya rizki telah diatur oleh-Nya. Namun begitu, apakah berarti kita tega 'merebut kavling rizki' itu ?

Akhir kata... bukankah kecintaan terhadap lingkungan selayaknya dilandasi dengan membangun kecintaan kepada sesama manusia ? Dan para pemulung itu juga adalah manusia yang berada dilingkungan kita. [ swaraanakbangsa.co.cc ]