Jakarta - Kepedulian terhadap
pendidikan anak bisa datang dari mana saja. Salah satunya Komunitas
Seniman Jalanan yang mendirikan
Institut Tanah Baru. Institut ini berkonsentrasi terhadap anak-anak dari
komunitas pemulung. Komunitas ini bergerak di bidang seni tari, seni musik,
seni rupa dan teater atau seni peran.
"Di
institut ini kami akan membuka empat fakultas, dan saung belajar. Di fakultas
tersebut kita membangun karakter, sedangkan saung belajar lebih pada baca,
tulis, dan mengaji," kata Dodi Miller, salah satu pendiri Institut Tanah
Baru, di Jakarta, Minggu (29/7/2012).
Ia
menjelaskan, pemilihan nama Institut Tanah Baru yang disingkat ITB, beradal
dari pengertian tempat baru untuk membangun ruang kreativitas dan apresiasi. Di
tempat tersebut, anak-anak akan banyak belajar dan bermain untuk memperkuat
karakteristik pribadi anak melalui seni.
Menurutnya,
masyarakat kelas bawah juga memerlukan perhatian dan ruang untuk menuangkan
kreativitas. Di ITB, mereka belajar tari Ronggeng, Jaipong, memainkan gitar,
atau membuat macam-macam handy craft.
Institut
Tanah Baru didirikan oleh empat pemuda yang berlatar belakang seniman dan
mahasiswa. Mereka adalah Dodi Miller,
Abi Putra Nusantara, Hendriyetus Siswono, dan
R. Basri. Seniman-seniman jalanan yang belajar secara otodidak ini ingin
memberikan ilmu yang mereka miliki sebagai cara berbakti kepada masyarakat.
"Kami
hanya memberikan apa yang bisa kami berikan. Kalau menunggu pemerintah kan,
tahu sendiri bagaimana. Siapa pun yang mau membantu komunitas belajar ini, kita
akan terbuka. Teman-teman dari akademisi atau siapa pun yang mau turut
membantu, tangan kami terbuka," kata Dodi.
KOMPAS.com