Selasa, 31 Juli 2012

Seniman Jalanan Dirikan "ITB" untuk Anak Pemulung

Jakarta - Kepedulian terhadap pendidikan anak bisa datang dari mana saja. Salah satunya Komunitas Seniman Jalanan yang mendirikan Institut Tanah Baru. Institut ini berkonsentrasi terhadap anak-anak dari komunitas pemulung. Komunitas ini bergerak di bidang seni tari, seni musik, seni rupa dan teater atau seni peran.

"Di institut ini kami akan membuka empat fakultas, dan saung belajar. Di fakultas tersebut kita membangun karakter, sedangkan saung belajar lebih pada baca, tulis, dan mengaji," kata Dodi Miller, salah satu pendiri Institut Tanah Baru, di Jakarta, Minggu (29/7/2012).

Ia menjelaskan, pemilihan nama Institut Tanah Baru yang disingkat ITB, beradal dari pengertian tempat baru untuk membangun ruang kreativitas dan apresiasi. Di tempat tersebut, anak-anak akan banyak belajar dan bermain untuk memperkuat karakteristik pribadi anak melalui seni.

Menurutnya, masyarakat kelas bawah juga memerlukan perhatian dan ruang untuk menuangkan kreativitas. Di ITB, mereka belajar tari Ronggeng, Jaipong, memainkan gitar, atau membuat macam-macam handy craft.

Institut Tanah Baru didirikan oleh empat pemuda yang berlatar belakang seniman dan mahasiswa.  Mereka adalah Dodi Miller, Abi Putra Nusantara, Hendriyetus Siswono, dan  R. Basri. Seniman-seniman jalanan yang belajar secara otodidak ini ingin memberikan ilmu yang mereka miliki sebagai cara berbakti kepada masyarakat.

"Kami hanya memberikan apa yang bisa kami berikan. Kalau menunggu pemerintah kan, tahu sendiri bagaimana. Siapa pun yang mau membantu komunitas belajar ini, kita akan terbuka. Teman-teman dari akademisi atau siapa pun yang mau turut membantu, tangan kami terbuka," kata Dodi.

KOMPAS.com

Kamis, 19 Juli 2012

Paket untuk Warga dan Pemulung Bantargebang

Bekasi - Sebanyak 1.000 paket bahan makanan dibagikan untuk warga dan pemulung TPST Bantargebang, Kota Bekasi, Rabu (18/7/2012).

Dewan Daerah Walhi DKI Jakarta sekaligus pendamping warga dan pemulung, Bagong Suyoto, mengatakan, paket yang dibagikan terdiri atas beras 10 kilogram, sarden 7 kaleng, dan minyak goreng 1 kilogram dalam kemasan.

Menurut Bagong, warga dan pemulung yang mendapatkan paket itu adalah binaan sekolah Al Muhajirin, yang didirikan secara swadaya di RT 1 RW 5 Ciketing Udik, Bantargebang, atau berbatasan dengan lokasi TPST.

Bagong mengatakan, pembelian paket bahan makanan itu didanai oleh Al Imdaad Foundation, suatu lembaga amil zakat, yang memiliki jaringan ke mancanegara.

"Acara rutin setiap tahun untuk sekadar membantu warga dan keluarga pemulung menjelang bulan Ramadan," kata Bagong yang juga anggota Dewan Pembina Al Muhajirin.

Warga dan keluarga pemulung, lanjut Bagong, perlu dibantu karena secara ekonomi kurang mampu. Penghasilan dari mengais sampah rata-rata Rp 40.000 sampai Rp 50.000.

Sebenarnya, penghasilan itu cukup. Namun, kata Bagong, akibat pengelolaan tidak baik, penghasilan itu menjadi tidak cukup untuk membiayai kebutuhan keluarga. "Ada pembelian barang atau konsumsi yang sebenarnya tidak diperlukan," katanya.

KOMPAS.com

Rabu, 11 Juli 2012

Mau Digusur, Pemulung Ngadu ke LBH

Jakarta - Puluhan pemulung yang tinggal di kolong jembatan Kampung Melayu, Jakarta Timur, mengadu ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Selasa (10/7). Mereka meminta LBH dapat mengadvokasi dan memperjuangkan nasib pemulung yang tempat tinggalnya akan digusur Pemerintah Provinsi DKI.

"Di kolong Kampung Melayu itu mau digusur. Intinya, kami minta bantuan ke LBH lah," kata Supardi, seorang pemulung. Menurut dia, pertemuan ini diwakili Advokasi Publik LBH Jakarta.

Dari pertemuan ini, ucap Supardi, LBH Jakarta bersedia memperjuangkan nasib para pemulung yang tinggal di bawah kolong jembatan Kampung Melayu. Supardi berharap, bila pun harus digusur, Pemprov DKI dapat memberikan tempat pengganti terbaik.

"Pertemuan dengan orang LBH itu cukup baik dan mereka ingin membantu. Kita berharap agar kita dapat bertahan disana atau disediakan tempat oleh pemda," tutur Supardi.

Sebelumnya, para pemulung sempat beorasi di halaman Gedung LBH Jakarta. Dalam aksi ini, mereka juga membawa gerobak dan membentangkan spanduk agar LBH Jakarta ikut membantu memperjuangkan nasib mereka.

berita.yahoo.com