Selasa, 20 Desember 2011

Sukarno, Sang Pemulung Kreatif

Solo - Namanya Sukarno. tinggal di rumah susun yang selanjutnya dinamakan flat Jurug, Solo. Pria yang kerap disapa dengan Mas Karno ini adalah seorang pemulung yang cacat kakinya.

Mas Karno adalah seorang seniman yang gigih, pantang menyerah dan kreatif. Dari barang-barang bekas yang dipungutnya, Mas Karno mampu menyulapnya menjadi sebuah kerajinan yang indah, fungsional dan mempunyai nilai jual.

Selain membuat kerajinan dari barang-barang bekas, Mas Karno juga melakukan bisnis kecil-kecilan seperti menjual es batu, tabung gas 3 kg-an dan pengisian pulsa, untuik menopang kehidupannya sehari-hari.

Kemanapun pergi, selalu menaiki sepeda motor yang sudah dimodifikasinya menjadi beroda tiga. Kendati sesungguhnya Mas Karno ingin mengendarai layaknya sepeda motor yang beroda dua. Tetapi saudaranya tidak mengijinkankannya, karena alasan keamanan.

Dan satu hal lagi yang membanggakan adalah Iis Susilowati, istrinya yang meskipun memliliki cacat tubuh seperti dirinya, namun tetap bersemangat sebagai atlet bola voli duduk. Bahkan sore kemarin, (Senin, 19/12/2011), ia berhasil meraih medali emas dalam pertandingan voli duduk ASEAN Para Games VI.

sumber : paragames-2011.com

Minggu, 11 Desember 2011

10 Botol Plastik Bekas Untuk Masuk Monas

Jakarta - Siapa bilang masuk ruang-ruang diorama Monumen Nasional itu perlu uang? Tidak juga ya, paling tidak pada Kamis siang lalu (8/12), saat tiketnya bisa diubah menjadi 10 botol kemasan bekas air mineral.

Ya, siang itu pengelola Monumen Nasional punya gawe khusus mengaitkan wisata dengan kesadaran lingkungan hidup. Caranya sangat mudah, mendorong masyarakat membuang sampah pada tempatnya dan bahwa sampah anorganik itu juga memberi nilai ekonomi alias nafkah yang lumayan.

Pada siang itu, ada yang cukup berbeda karena ada satu mesin berbentuk kotak berkelir merah-kuning yang mirip mesin ATM. Namun sosoknya lebih besar lagi dan dilengkapi unit memindai dan lubang cukup besar; dari lubang tertutup plastik itulah botol kemasan bekas air minum dimasukkan setelah dipindai labelnya.

Nama alat yang cukup berat dan kekar namun menyenangkan dalam penggunannya adalah Reserve Vending Machine (RVM). Dalam bahasa Indonesia populernya sederhana saja: mesin mengolah sampah. Mesin ini sendiri sebetulnya telah beberapa kali hadir di ruang publik walau masih pada kalangan terbatas dan kini publik memiliki akses menggunakan sekaligus "menikmati" khasiatnya.

"Hanya dengan sepuluh botol plastik bekas anda bisa mengajarkan kepada anak anda bagaimana cara membuang sampah yang benar, sekaligus mengajarkan sejarah Indonesia," kata seorang pengelola Tugu Monumen Nasional itu.

Mengumpulkan 10 botol kemasan bekas air minum itu berarti seseorang mengumpulkan 50 poin karena satu botol yang disetorkan dihargai 10 poin. "Harga" tiket masuk menurut cara itu adalah minimal 50 poin. Botol-botol plastik yang dimasukkan ke dalam mulut mesin itu akan dicacah menjadi serpihan plastik, dan serpihan-serpihan dengan daya tampung hingga puluhan kilogram itulah yang kemudian dijual kepada pengepul plastik bekas.

RVM diserahkan untuk dipergunakan oleh pihak-pihak di Tanah Air yang peduli dengan kelestarian lingkungan kepada pengelola Tugu Monumen Nasional itu. Mereka tergabung dalam Program Gerakan Membuang Sampah (Gemas), dan  diprakarsai Jaring Bisnis Indonesia (IBL), PT Tirta Investama (Danone Aqua) dan LKBN ANTARA.

RVM ditempatkan di pintu masuk ruang diorama Tugu Monumen Nasional selama setahun. Apakah cuma itu kegunaan mesin buatan Korea Selatan itu?

Ternyata jauh lebih lagi, karena yang ingin dicapai adalah proses mengedukasi masyarakat agar biasa membuang sampah pada tempatnya. Mungkin "target" ini sangat sederhana kedengarannya, yaitu membuang sampah pada tempatnya. Namun pada kenyataannya tidak demikian karena berkaitan dengan "budaya" perilaku masyarakat yang terlanjur telah terbentuk.

"Mesin ini bisa menjadi edukasi kepada masyarakat dan anak-anak sejak dini untuk membuang sampah pada tempatnya," kata seorang perwakilan dari Danone-Aqua.

Direktur Eksekutif IBL, Yanti Triwadiantini, mengatakan upaya itu juga bagian dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan beberapa perusahaan yang bekerja sama. "Gerakan ini diharapkan dapat mengubah perilaku orang dan gerakan ini menjadi bentuk kepedulian kami terhadap sosial," katanya.

Adapun Direktur Utama Perum LKBN ANTARA, Ahmad Mukhlis Yusuf, yang juga hadir pada kesempatan itu, berujar, "Perjuangan kita semua hari ini bukan lagi merebut kemerdekaan seperti dulu, melainkan membangun masyarakat baru lebih arif. Bersama IBL dan Danone-Aqua, ANTARA turut ambil bagian membangun Indonesia yang hijau dan sehat."

ANTARA News