Minggu, 11 Maret 2012

Bangun Perpustakaan dari Memulung

Padang - Saufni Chalid menyatakan dirinya seorang pemulung yang sukses. Ya, karena dari hasil memulung itulah, sebagian besar dari koleksi buku-bukunya di perpustakaan umum Radesa berasal.

Saat itu dia menjadi pemulung disela-sela pekerjaan sebagai karyawan perpustakaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas dan juga saat melanjutkan sekolah di jurusan Ilmu Perpusatkaan Universitas Indonesia.

Cerita jadi pemulung tersebut berawal pada suatu hari di tahun 1974. Sewaktu kembali dari kuliah, dia singgah di pasar sore Rawamangun untuk membeli ikan dan cabe bulat. Sesampai di rumah, cabe bulat dengan bungkusan koran tersebut dibukanya.

“Saya ketawa sendiri di dapur setelah membuka bungkusan tersebut. Sebab dalam bungkusan korang tersebut terdapat sebuah tulisan yang berkaitan dengan tugas yang diberikan dosennya mengenai penerbitan buku,” ceritanya.

Tulisan di koran itu pun diconteknya untuk memenuhi tugas yang didapatnya. Pada hari yang telah ditetapkan, dengan penuh percaya diri, istri Nurmasni ini mengangkat tangan untuk bersedia menjadi orang yang paling awal mempresentasikan tugas yang dibuatnya. Seisi kelas pun jadi ternganga. Dia pun dianggap orang yang paling pintar dan menguasai tentang penerbitan buku di antara temannya.

Namun sayang, dia gagal dalam ujian semester meski soal yang diberikan merupakan tugas yang dipresentasikannya sendiri beberapa waktu lampau. “Saya gagal karena ceroboh dan sombong. Karena merasa menguasai, saya jadi menganggap remeh sehingga jadi takabur,” katanya.

Kejadian itulah yang memukul ketekaburannya. Mulai dari itu, dia bertekad untuk tidak takabur. Dan kertas koran bekas bungkusan cabe tersebut disimpannya baik-baik, untuk mengingatkannya agar tidak sombong. Tidak sampai di situ, semenjak kejadian itu dia mulai menyimpan setiap bungkusan koran atau majalah yang menurutnya ada unsur ilmu pengetahuan dan keterampilan, seteleh dibaca.

“Nah dari sana mulailah saya jadi pemulung betulan. Tidak hanya barang cetakan dan rekaman yang saya kumpulkan. Sampah di sekeliling rumah juga saya kumpulkan untuk dijadikan barang yang berguna,” ujar ibu empat orang anak ini.

Di antara berbagai macam jenis sampah salah satunya sampai jahitan. Kain-kain sisa jahitan dibuatnya lap tangan, alas meja cantik, isi bantal, selimut dan untuk berbagai keperluan lainnya. Berkaitan dengan profesinnya, dia juga menjadi pemulung ilmu pengetahuan. Apabila ada buku, majalah, dan koran, baik dari teman atau dari mana saja, asalkan ada informasi bermanfaat akan diambilnya untuk koleksi.

“Dengan bermodal kemauan, hobi dan juga profesi yang saya geluti, maka terkumpullah banyak buku, majalah, dan koran sehingga bisa membangun pustaka seperti sekarang,” ungkapnya.

Ia meyakini, upayanya itu masih sangat diperlukan sekalipun arus informasi kini dengan bebasnya melaju di jaringan internet. Apalagi akses banyak orang pada sumber-sumber bacaan bermutu secara gratis masih teramat sedikit. [ padangekspres.co.id ]