Senin, 27 Februari 2012

Putus Sekolah, Kakak-Beradik Jadi Pemulung

Ketapang - Sumber daya alam Ketapang Kalimantan Barat yang melimpah ternyata masih belum dirasakan secara merata. Masih ada saja penduduk yang tak bisa bersekolah lantaran tak punya biaya.

Mardiah, tujuh tahun, dan kakaknya Salwa, 10 tahun, warga Ketapang Kecil, kini tak lagi mengenyam pendidikan layaknya teman- teman sebayanya. Perekonomian keluarga yang pas-pasan membuat bocah-bocah ini harus memupus impian dan cita-citanya.

Ironisnya, Salwa dan Mardiah kini harus membantu perekonomian keluarganya. Keduanya terpaksa menjadi pemulung barang-barang bekas. Karung plastik besar kini menjadi temannya di siang hari. Tak ada waktu untuk bermain, apalagi belajar. Setiap hari Salwa dan Mardiah keliling kota mencari barang bekas untuk dijual.

“Kata Emak, ndak punya duit. Jadi kami tidak bisa sekolah,” ujar Salwa kepada Equator ditemui saat berteduh di teras kantor PMI Ketapang.

Dengan polosnya Salwa bercerita pada wartawan koran ini, ia mengaku memulung barang-barang bekas setiap hari di sekitar Kota Ketapang. Hasilnya pun tak seberapa, hanya Rp 1.000 dari hasil memulung barang bekas setiap harinya. Ia mulai turun dari rumah sekitar pukul 09.00 pagi hingga siang atau sore.

Uang itu mereka gunakan untuk jajan sehari-hari. Dengan memulung mereka tak lagi meminta uang jajan pada orang tua. “Bapak kerja tukang, ibu kerja masak saja di rumah (ibu rumah tangga, red). Kami 10 bersaudara, meninggal satu orang,” tuturnya polos.

Ketika memulung barang bekas, kedua kakak beradik itu tampak tak begitu memedulikan kesehatan. Mereka memungut barang bekas di mana pun mereka temui. Bahkan ketika ditemui Equator, keduanya tanpa mengenakan alas kaki. Kaki Mardiah, adik Salwa tampak dipenuhi dengan koreng. Bahkan ketika gerimis, mereka tetap saja memulung.

Mengetahui kondisi tersebut, anggota DPRD Ketapang dari Komisi II Junaidi mengaku akan melakukan pengecekan. Apakah bocah tersebut tak bisa bersekolah lantaran kemampuan orang tuanya yang tidak mampu atau memang orang tuanya yang tak menyekolahkan mereka.

“Kita akan cek dulu. Masalahnya kalau memang tidak mampu bisa digratiskan. Saya tidak mau komentar banyak dulu sebelum mengetahui lebih lanjut,” ujarnya, Minggu (26/02)

Namun ia menegaskan, apa pun alasannya tidak dibenarkan bocah sekecil itu bekerja. Apalagi sampai mengorbankan waktu belajar mereka. “Tidak boleh itu. Mereka masih kecil. Mereka harusnya sekolah,” tuturnya.

Sementara itu Sekretaris Dinas Ketapang Jahilin meminta agar hal tersebut dilaporkan ke pemda dan ditembuskan ke Kepala Dinas Pendidikan dan Kabag Sosial Setda Ketapang.

“Laporkan ke pemda tembusan ke Kadisdik, Kabang Sosial tentang hal tersebut,” tulis Jahilin via SMS. [ equator-news.com ]